Sebermula adapun yang berjalan itu pertama Maharaja Dandah, kemudian yang menjadi sayap kiri itu Maharaja Beruang dan yang menjadi kepala jalan Maharaja Syahmar dan Raja Perkasa yang menjadi ekor sekali, dan beberapa pula raja-raja sekalian isi rimba itu berjalan dengan segala rakyat tenteranya mengerimkan Tuan Syekh Alim di rimba itu serta dengan tempik soraknya. Adalah lakunya seperti halilintar membelah bumi dan sebab segala raja-raja yang tiada terkira-kira banyaknya itu. Syahdan maka segala isi rimba yang di tanah itu pun berjeritanlah dan tiadalah berketahuan lagi membawa dirinya, ada yang ke dalam lubang tanah ada yang ke celah-celah batu adanya.
Hatta maka segala rakyat yang di atas kayu itu berkata, Apa pula yang datang itu, tiada berketahuan bunyinya; sedikit lagi pecah kepalaku."
Dan setengah di antara yang berjalan itu berkata, Nyaris putus perutku diirikkannya."
Maka masing-masing berbagai-bagai kelakuannya, sebab yang datang itu. Dan setengah berkata, "Nyaris patah kaki tanganku dipijaknya," Dan lagi setengah berkata, "Kutuk apa namanya ini, pulas-pulas perutku dipijaknya."
Maka masing-masing dengan perkataannya pada masa itu. Hatta maka Tuan Syekh Alim di rimba itu pun berjalan tiada berketahuan lagi datangnya segala balatentaranya dengan segala rakyatnya itu.
Alkissah maka tersebutlah perkataan gajah itu berbicara dengan segala rakyatnya itu, "Sebermula adapun raja kera datang membawa dirinya kepadaku ini pada fitnah bencana pelanduk jenaka itu." Setelah beberapa lamanya raja gajah berkata-kata itu, maka kedengaranlah bunyi-bunyian dan tempik sorak segala rakyat balatentara Tuan Syekh Alim di rimba, gegap gempita bunyinya, disangkanya tagar di langit; bunyinya sorak itu tiadalah berketahuan lagi.
Maka raja gajah pun terkejut, seraya katanya, "Hai sang kera, bunyi apakah yang riuh rendah dan yang tiada berketahuan bunyi itu?"
Maka kata sang kera, "Ya Tuanku, itulah bunyi sekalian rakyat Tuan Syekh Alim di rimba dan segala yang takluk kepada pelanduk jenaka itu dan ialah yang mengaku dirinya Tuan Syekh Alim di rimba, ya Tuanku. Bahwasanya adalah ia datang hendak melanggar, dan hendak berperang dengan Tuanku ini."
Setelah didengar oleh raja gajah sembah sang kera itu, maka ia pun marahlah lalu ia turun daripada tempatnya itu, serta dilihatnya pelanduk jenaka datang itu.
Syahdan maka dilihatnyalah angkatan pelanduk jenaka itu berjalan; pertama Maharaja Dandah serta dengan soraknya ditempik dengan gemerencing, bunyinya terlalu indah-indah sekali didengar oleh sekalian binatang itu. Maka halnya berjalan itu adalah seperti ombak mengalun rupanya. Setelah itu maka dilihat oleh raja gajah itu suatu pasukan lagi dengan tempik soraknya terlalu gemuruh bunyinya seperti ombak memecah di batu.
Maka kata raja gajah, "Hai sang kera, siapakah yang datang seperti orang berarak rupanya itu?"
Maka sembah sang kera, "Ya Tuanku, itulah raja singa serta dengan rakyatnya sekalian."
Setelah itu maka dilihatnya pula oleh raja gajah suatu pasukan berbagai-bagai rupanya dan terlalu indah-indahnya sekali barang lakunya itu. Kalakian maka ia berjalan itu berdahulu-dahuluan. Maka kata raja gajah, "Hai sang kera, siapakah yang datang itu?"
Maka sembah raja kera, "Ya Tuanku, itulah raja kambing yang digelari oleh Tuan Syekh Alim di rimba Maharaja Laksana Dewa."
Maka raja gajah pun terlalulah heran sekali, seraya katanya, "Apa-apa juga kelebihannya pelanduk jenaka itu, maka sekalian isi rimba ini takluk kepadanya dan barang perkataannya diturut oleh segala isi rimba itu?"
Setelah itu maka dilihatnya pula suatu pasukan lagi, seraya katanya, "Hai sang kera, siapakah yang datang itu, terlalu sekali hebatnya?"
Maka sembah sang kera, "Ya Tuanku, itulah raja kijang, yang digelari oleh Tuan Syekh Alim di rimba Maharaja Dewalaksana."
lanjut>>>>