Recent post
Showing posts with label Syair dan pantun. Show all posts
Inilah gerangan suatu madah
mengarangkan syair terlalu indah,
membetuli jalan tempat berpindah,
di sanalah i’tikat diperbetuli sudah
mengarangkan syair terlalu indah,
membetuli jalan tempat berpindah,
di sanalah i’tikat diperbetuli sudah
Wahai muda kenali dirimu,
ialah perahu tamsil tubuhmu,
tiadalah berapa lama hidupmu,
ke akhirat jua kekal diammu.
ialah perahu tamsil tubuhmu,
tiadalah berapa lama hidupmu,
ke akhirat jua kekal diammu.
Hai muda arif-budiman,
hasilkan kemudi dengan pedoman,
alat perahumu jua kerjakan,
itulah jalan membetuli insan.
hasilkan kemudi dengan pedoman,
alat perahumu jua kerjakan,
itulah jalan membetuli insan.
Perteguh jua alat perahumu,
hasilkan bekal air dan kayu,
dayung pengayuh taruh di situ,
supaya laju perahumu itu
hasilkan bekal air dan kayu,
dayung pengayuh taruh di situ,
supaya laju perahumu itu
Sudahlah hasil kayu dan ayar,
angkatlah pula sauh dan layar,
pada beras bekal jantanlah taksir,
niscaya sempurna jalan yang kabir.
angkatlah pula sauh dan layar,
pada beras bekal jantanlah taksir,
niscaya sempurna jalan yang kabir.
Perteguh jua alat perahumu,
muaranya sempit tempatmu lalu,
banyaklah di sana ikan dan hiu,
menanti perahumu lalu dari situ.
muaranya sempit tempatmu lalu,
banyaklah di sana ikan dan hiu,
menanti perahumu lalu dari situ.
Muaranya dalam, ikanpun banyak,
di sanalah perahu karam dan rusak,
karangnya tajam seperti tombak
ke atas pasir kamu tersesak.
di sanalah perahu karam dan rusak,
karangnya tajam seperti tombak
ke atas pasir kamu tersesak.
Ketahui olehmu hai anak dagang
riaknya rencam ombaknya karang
ikanpun banyak datang menyarang
hendak membawa ke tengah sawang.
riaknya rencam ombaknya karang
ikanpun banyak datang menyarang
hendak membawa ke tengah sawang.
Muaranya itu terlalu sempit,
di manakan lalu sampan dan rakit
jikalau ada pedoman dikapit,
sempurnalah jalan terlalu ba’id.
di manakan lalu sampan dan rakit
jikalau ada pedoman dikapit,
sempurnalah jalan terlalu ba’id.
Baiklah perahu engkau perteguh,
hasilkan pendapat dengan tali sauh,
anginnya keras ombaknya cabuh,
pulaunya jauh tempat berlabuh.
hasilkan pendapat dengan tali sauh,
anginnya keras ombaknya cabuh,
pulaunya jauh tempat berlabuh.
Lengkapkan pendarat dan tali sauh,
derasmu banyak bertemu musuh,
selebu rencam ombaknya cabuh,
La ilaha illallahu akan tali yang teguh.
derasmu banyak bertemu musuh,
selebu rencam ombaknya cabuh,
La ilaha illallahu akan tali yang teguh.
Barang siapa bergantung di situ,
teduhlah selebu yang rencam itu
pedoman betuli perahumu laju,
selamat engkau ke pulau itu.
teduhlah selebu yang rencam itu
pedoman betuli perahumu laju,
selamat engkau ke pulau itu.
La ilaha illallahu jua yang engkau ikut,
di laut keras dan topan ribut,
hiu dan paus di belakang menurut,
pertetaplah kemudi jangan terkejut.
di laut keras dan topan ribut,
hiu dan paus di belakang menurut,
pertetaplah kemudi jangan terkejut.
Laut Silan terlalu dalam,
di sanalah perahu rusak dan karam,
sungguhpun banyak di sana menyelam,
larang mendapat permata nilam.
di sanalah perahu rusak dan karam,
sungguhpun banyak di sana menyelam,
larang mendapat permata nilam.
Laut Silan wahid al kahhar,
riaknya rencam ombaknya besar,
anginnya songsongan membelok sengkar
perbaik kemudi jangan berkisar.
riaknya rencam ombaknya besar,
anginnya songsongan membelok sengkar
perbaik kemudi jangan berkisar.
Itulah laut yang maha indah,
ke sanalah kita semuanya berpindah,
hasilkan bekal kayu dan juadah
selamatlah engkau sempurna musyahadah.
ke sanalah kita semuanya berpindah,
hasilkan bekal kayu dan juadah
selamatlah engkau sempurna musyahadah.
Silan itu ombaknya kisah,
banyaklah akan ke sana berpindah,
topan dan ribut terlalu ‘azamah,
perbetuli pedoman jangan berubah.
banyaklah akan ke sana berpindah,
topan dan ribut terlalu ‘azamah,
perbetuli pedoman jangan berubah.
Laut Kulzum terlalu dalam,
ombaknya muhit pada sekalian alam
banyaklah di sana rusak dan karam,
perbaiki na’am, siang dan malam.
ombaknya muhit pada sekalian alam
banyaklah di sana rusak dan karam,
perbaiki na’am, siang dan malam.
Ingati sungguh siang dan malam,
lautnya deras bertambah dalam,
anginpun keras, ombaknya rencam,
ingati perahu jangan tenggelam.
lautnya deras bertambah dalam,
anginpun keras, ombaknya rencam,
ingati perahu jangan tenggelam.
Jikalau engkau ingati sungguh,
angin yang keras menjadi teduh
tambahan selalu tetap yang cabuh
selamat engkau ke pulau itu berlabuh.
angin yang keras menjadi teduh
tambahan selalu tetap yang cabuh
selamat engkau ke pulau itu berlabuh.
Sampailah ahad dengan masanya,
datanglah angin dengan paksanya,
belajar perahu sidang budimannya,
berlayar itu dengan kelengkapannya.
datanglah angin dengan paksanya,
belajar perahu sidang budimannya,
berlayar itu dengan kelengkapannya.
Wujud Allah nama perahunya,
ilmu Allah akan [dayungnya]
iman Allah nama kemudinya,
“yakin akan Allah” nama pawangnya.
ilmu Allah akan [dayungnya]
iman Allah nama kemudinya,
“yakin akan Allah” nama pawangnya.
“Taharat dan istinja'” nama lantainya,
“kufur dan masiat” air ruangnya,
tawakkul akan Allah jurubatunya
tauhid itu akan sauhnya.
“kufur dan masiat” air ruangnya,
tawakkul akan Allah jurubatunya
tauhid itu akan sauhnya.
Salat akan nabi tali bubutannya,
istigfar Allah akan layarnya,
“Allahu Akbar” nama anginnya,
subhan Allah akan lajunya.
istigfar Allah akan layarnya,
“Allahu Akbar” nama anginnya,
subhan Allah akan lajunya.
“Wallahu a’lam” nama rantaunya,
“iradat Allah” nama bandarnya,
“kudrat Allah” nama labuhannya,
“surga jannat an naim nama negerinya.
“iradat Allah” nama bandarnya,
“kudrat Allah” nama labuhannya,
“surga jannat an naim nama negerinya.
Karangan ini suatu madah,
mengarangkan syair tempat berpindah,
di dalam dunia janganlah tam’ah,
di dalam kubur berkhalwat sudah.
mengarangkan syair tempat berpindah,
di dalam dunia janganlah tam’ah,
di dalam kubur berkhalwat sudah.
Kenali dirimu di dalam kubur,
badan seorang hanya tersungkur
dengan siapa lawan bertutur?
di balik papan badan terhancur.
badan seorang hanya tersungkur
dengan siapa lawan bertutur?
di balik papan badan terhancur.
Di dalam dunia banyaklah mamang,
ke akhirat jua tempatmu pulang,
janganlah disusahi emas dan uang,
itulah membawa badan terbuang.
ke akhirat jua tempatmu pulang,
janganlah disusahi emas dan uang,
itulah membawa badan terbuang.
Tuntuti ilmu jangan kepalang,
di dalam kubur terbaring seorang,
Munkar wa Nakir ke sana datang,
menanyakan jikalau ada engkau sembahyang.
di dalam kubur terbaring seorang,
Munkar wa Nakir ke sana datang,
menanyakan jikalau ada engkau sembahyang.
Tongkatnya lekat tiada terhisab,
badanmu remuk siksa dan azab,
akalmu itu hilang dan lenyap,
(baris ini tidak terbaca)
badanmu remuk siksa dan azab,
akalmu itu hilang dan lenyap,
(baris ini tidak terbaca)
Munkar wa Nakir bukan kepalang,
suaranya merdu bertambah garang,
tongkatnya besar terlalu panjang,
cabuknya banyak tiada terbilang.
suaranya merdu bertambah garang,
tongkatnya besar terlalu panjang,
cabuknya banyak tiada terbilang.
Kenali dirimu, hai anak dagang!
di balik papan tidur telentang,
kelam dan dingin bukan kepalang,
dengan siapa lawan berbincang?
di balik papan tidur telentang,
kelam dan dingin bukan kepalang,
dengan siapa lawan berbincang?
La ilaha illallahu itulah firman,
Tuhan itulah pergantungan alam sekalian,
iman tersurat pada hati insap,
siang dan malam jangan dilalaikan.
Tuhan itulah pergantungan alam sekalian,
iman tersurat pada hati insap,
siang dan malam jangan dilalaikan.
La ilaha illallahu itu terlalu nyata,
tauhid ma’rifat semata-mata,
memandang yang gaib semuanya rata,lenyapkan ke sana sekalian kita.
tauhid ma’rifat semata-mata,
memandang yang gaib semuanya rata,lenyapkan ke sana sekalian kita.
La ilaha illallahu itu janganlah kaupermudah-mudah,
sekalian makhluk ke sana berpindah,
da’im dan ka’im jangan berubah,
da’im dan ka’im jangan berubah,
khalak di sana dengan La ilaha illallah.
La ilaha illallahu itu jangan kaulalaikan,
siang dan malam jangan kau sunyikan,
selama hidup juga engkau pakaikan,Allah dan rasul juga yang menyampaikan.
selama hidup juga engkau pakaikan,Allah dan rasul juga yang menyampaikan.
La ilaha illallahu itu kata yang teguh,
memadamkan cahaya sekalian rusuh,
jin dan syaitan sekalian musuh,hendak membawa dia bersungguh-sungguh.
jin dan syaitan sekalian musuh,hendak membawa dia bersungguh-sungguh.
La ilaha illallahu itu kesudahan kata,
tauhid ma’rifat semata-mata.
hapuskan hendak sekalian perkara,
tauhid ma’rifat semata-mata.
hapuskan hendak sekalian perkara,
hamba dan Tuhan tiada berbeda.
La ilaha illallahu itu tempat mengintai,
medan yang kadim tempat berdamai,
wujud Allah terlalu bitai,
siang dan malam jangan bercerai.
medan yang kadim tempat berdamai,
wujud Allah terlalu bitai,
siang dan malam jangan bercerai.
La ilaha illallahu itu tempat musyahadah,
menyatakan tauhid jangan berubah,
sempurnalah jalan iman yang mudah,
pertemuan Tuhan terlalu susah.
menyatakan tauhid jangan berubah,
sempurnalah jalan iman yang mudah,
pertemuan Tuhan terlalu susah.
~ Hamzah Fansuri
Bismil-Lâhir-rachmânir-rachîm
Sidang fakir empunya kata
Tuhanmu zhâhir terlalu nyata
Jika sungguh engkau bermata
Lihatlah dirimu rata-rata
Kenal dirimu hai anak jamu
Jangan kau lupa akan diri kamu
Ilmu hakikat yogya kau ramu
Supaya terkenal akan dirimu
Jika kau kenal dirimu bapai
Elokmu itu tiada berbagai
Hamba dan Tuhan dâ‘im berdamai
Memandang dirimu jangan kau lalai
Kenal dirimu hai anak dagang
Menafikan dirimu jangan kau sayang
Suluh itsbât yogya kau pasang
Maka sampai engkau anak hulu balang
Kenal dirimu hai anak ratu
Ombak dan air asalnya satu
Seperti manikam much îth dan batu
Inilah tamtsil engkau dan ratu
Jika kau dengar dalam firman
Pada kitab Taurat, Injil, Zabur, dan Furqân
Wa Huwa ma‘akum fayak ûnu pada ayat Qur‘an
Wa huwa bi kulli syai‘in muchîth terlalu ‘iyân
Syariat Muhammad ambil akan suluh
Ilmu hakikat yogya kau pertubuh
Nafsumu itu yogya kau bunuh
Maka dapat dua sama luruh
Mencari dunia berkawan-kawan
Oleh nafsu khabî ts badan tertawan
Nafsumu itu yogya kau lawan
Maka sampai engkau bangsawan
Machbûbmu itu tiada berch â‘il
Pada ainamâ tuwallû jangan kau ghâfil
Fa tsamma wajhul-L âhisempurna wâ shil
Inilah jalan orang yang kâmil
Kekasihmu zhâhir terlalu terang
Pada kedua alam nyata terbentang
Pada ahlul-ma‘rifah terlalu menang
Wâ shil nya dâ‘im tiada berselang
Hapuskan akal dan rasamu
Lenyapkan badan dan nyawamu
Pejamkan hendak kedua matamu
di sana kau lihat permai rupamu
Rupamu itu yogya kau serang
Supaya sampai ke negeri yang henang
Seperti Ali tatkala berperang
Melepaskan Duldul tiada berkekang
Hamzah miskin orang ‘uryâ ni
Seperti Ismail menjadi qurbâni
Bukannya ‘Ajam lagi ‘Arab î
Senantiasa wâshil dengan Yang Bâ qî
~ Hamzah Fansuri ~
(1550-1600)
SYAIR NARKOBA
I
Tubuh terkulai berbalut tulang,
sinar matanya sudah menghilang,
hayalnya tinggi bukan kepalang,
serasa diri bak hulubalang.
Bunda menangis tiada perduli,
segala dijual untuk membeli,
baik yang palsu atau yang asli,
untuk makanpun tiada lagi.
Tanggungjawabnya jadi terlantar,
berbohong jadi semakin pintar,
kalau bekerja tahan sebentar,
diberi tugas tak kelar-kelar.
II
Terkenal nama si daun ganja,
Banyak dihisap para remaja,
jadilah ia malas dan manja,
kerjanya hanya tiduran saja.
Ketika ganja telah mencandu,
berubah ia dari dahulu,
kalau bekerja pusing melulu,
sendi-sendipun terasa ngilu.
Kalaulah ia sudah menghisap,
pandangan mata indah menatap,
suara terdengar terasa sedap,
tak tahu ia sudah terjerambap.
III
Ada pula narkoba cair,
Heroin disuntik ia mengalir,
kedalam darah bagaikan sihir,
membuat semangat hidup terkilir.
Kalaulah sudah suntik heroin,
Seribu persen kitapun yakin,
iman agama pastilah miskin,
orangtuanya kan diporotin.
Harta yang ada pastilah habis,
dipakai untuk senangkan iblis,
badan kan kurus dada menipis,
nafaspun sesak kembang kempis.
IV
Belumlah lagi kalau tertangkap,
segala salah jadi terungkap,
dapatlah ia hukuman kakap,
tinggal dipenjara dalam perangkap.
Semua keluarga kan jadi susah,
harta yang ada habis binasa,
ayah dan ibu malu luarbiasa,
tersiksa badan mulut berbusa.
Jangan mendekat bahan narkoba,
kalau tak kuat nanti mencoba,
setelah mencoba pasti menambah,
Syaitan kan senang kalau disembah.
V
Bahaya lagi jenisnya sabu,
kerak kokain sudahlah tentu,
membuat semangat selalu lesu,
sendi pun sakit dan kaku-kaku.
Kalaulah pernah merasa sakau,
dunia ini indah memukau,
tak tahu kalau fikirannya kacau,
bicara juga kadang meracau.
Karena sabu sarafnya rusak,
nafaspun kadang menjadi sesak,
kalau ia ingin pasti mendesak.
gelisah ia ditambah lasak,
VI
Lain pula jenis ekstasi,
dibuat dari bahan imitasi,
dipakai dokter tuk mengatasi,
supaya yang gila tak dirantai besi.
ekstasi obat penyakit jiwa,
supaya emosi tidak terbawa,
orang yang stress bisa tertawa,
orang yang ngamuk bisa dibawa.
Kalau dipakai orang yang waras,
otaknya pasti akan mengeras,
membumbung hayal nampak di paras,
tapi kesehatan diri akan terperas.
VII
Pencandu selalu miliki ciri,
hepatitis ada didalam diri,
itu bagaikan sidiknya jari,
dari Allah yang Maha Pemberi.
Wahai anakku harapan kami,
dengarlah nasehat ayah dan umi.
engkau bagaikan bunga bersemi,
bagaikan elang diangkasa bumi.
Kalaulah engkau kena narkoba,
jiwa mu pasti akan berubah,
tingkah lakumu akan gegabah,
sungguh!...bagi kami itu musibah.
VIII
Hidupmu akan tiada guna,
menjadi beban kami karena,
selama hidup engkau merana,
menderita pula di alam sana.
Jadilah engkau putra sang elang,
gagah dan pintar sungguh cemerlang,
cahaya imanmu gilang gemilang,
sungguh bahagia saat berpulang.
Bagi dirimu sudah terlanjur,
nasipun sudah menjadi bubur,
mulailah ke depan langkah teratur,
bergaul dengan orang yang jujur.
IX
Jangan berteman dengan pencandu,
engkau kan pasti tergoda tentu,
dengarlah nasehat kami selalu,
sebelum engkau menyesal tersedu.
Banggakan kami dengan prestasi,
otak yang pintar serta berisi,
prinsip yang kuat sekokoh besi,
sebagai pelopor di generasi.
Janganlah banyak berhura-hura,
bersenang-senang supaya gembira,
tantanganmu bagai api membara,
siapkan diri cepat dan segera.
diakhir syair kami doakan,
jadilah dirimu yang dibanggakan,
narkoba dan maksiat segera jauhkan,
Iman dan Ilmu segera kejarkan.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
I
Tubuh terkulai berbalut tulang,
sinar matanya sudah menghilang,
hayalnya tinggi bukan kepalang,
serasa diri bak hulubalang.
Bunda menangis tiada perduli,
segala dijual untuk membeli,
baik yang palsu atau yang asli,
untuk makanpun tiada lagi.
Tanggungjawabnya jadi terlantar,
berbohong jadi semakin pintar,
kalau bekerja tahan sebentar,
diberi tugas tak kelar-kelar.
II
Terkenal nama si daun ganja,
Banyak dihisap para remaja,
jadilah ia malas dan manja,
kerjanya hanya tiduran saja.
Ketika ganja telah mencandu,
berubah ia dari dahulu,
kalau bekerja pusing melulu,
sendi-sendipun terasa ngilu.
Kalaulah ia sudah menghisap,
pandangan mata indah menatap,
suara terdengar terasa sedap,
tak tahu ia sudah terjerambap.
III
Ada pula narkoba cair,
Heroin disuntik ia mengalir,
kedalam darah bagaikan sihir,
membuat semangat hidup terkilir.
Kalaulah sudah suntik heroin,
Seribu persen kitapun yakin,
iman agama pastilah miskin,
orangtuanya kan diporotin.
Harta yang ada pastilah habis,
dipakai untuk senangkan iblis,
badan kan kurus dada menipis,
nafaspun sesak kembang kempis.
IV
Belumlah lagi kalau tertangkap,
segala salah jadi terungkap,
dapatlah ia hukuman kakap,
tinggal dipenjara dalam perangkap.
Semua keluarga kan jadi susah,
harta yang ada habis binasa,
ayah dan ibu malu luarbiasa,
tersiksa badan mulut berbusa.
Jangan mendekat bahan narkoba,
kalau tak kuat nanti mencoba,
setelah mencoba pasti menambah,
Syaitan kan senang kalau disembah.
V
Bahaya lagi jenisnya sabu,
kerak kokain sudahlah tentu,
membuat semangat selalu lesu,
sendi pun sakit dan kaku-kaku.
Kalaulah pernah merasa sakau,
dunia ini indah memukau,
tak tahu kalau fikirannya kacau,
bicara juga kadang meracau.
Karena sabu sarafnya rusak,
nafaspun kadang menjadi sesak,
kalau ia ingin pasti mendesak.
gelisah ia ditambah lasak,
VI
Lain pula jenis ekstasi,
dibuat dari bahan imitasi,
dipakai dokter tuk mengatasi,
supaya yang gila tak dirantai besi.
ekstasi obat penyakit jiwa,
supaya emosi tidak terbawa,
orang yang stress bisa tertawa,
orang yang ngamuk bisa dibawa.
Kalau dipakai orang yang waras,
otaknya pasti akan mengeras,
membumbung hayal nampak di paras,
tapi kesehatan diri akan terperas.
VII
Pencandu selalu miliki ciri,
hepatitis ada didalam diri,
itu bagaikan sidiknya jari,
dari Allah yang Maha Pemberi.
Wahai anakku harapan kami,
dengarlah nasehat ayah dan umi.
engkau bagaikan bunga bersemi,
bagaikan elang diangkasa bumi.
Kalaulah engkau kena narkoba,
jiwa mu pasti akan berubah,
tingkah lakumu akan gegabah,
sungguh!...bagi kami itu musibah.
VIII
Hidupmu akan tiada guna,
menjadi beban kami karena,
selama hidup engkau merana,
menderita pula di alam sana.
Jadilah engkau putra sang elang,
gagah dan pintar sungguh cemerlang,
cahaya imanmu gilang gemilang,
sungguh bahagia saat berpulang.
Bagi dirimu sudah terlanjur,
nasipun sudah menjadi bubur,
mulailah ke depan langkah teratur,
bergaul dengan orang yang jujur.
IX
Jangan berteman dengan pencandu,
engkau kan pasti tergoda tentu,
dengarlah nasehat kami selalu,
sebelum engkau menyesal tersedu.
Banggakan kami dengan prestasi,
otak yang pintar serta berisi,
prinsip yang kuat sekokoh besi,
sebagai pelopor di generasi.
Janganlah banyak berhura-hura,
bersenang-senang supaya gembira,
tantanganmu bagai api membara,
siapkan diri cepat dan segera.
diakhir syair kami doakan,
jadilah dirimu yang dibanggakan,
narkoba dan maksiat segera jauhkan,
Iman dan Ilmu segera kejarkan.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
SYAIR KERAJAAN TIKUS
satirisme pejabat tikus rakyat
I
Tersebut didalam suatu cerita,
terjadi di negeri antah berantah,
terjadi dizaman sangat baheula,
tentang kerakusan sangat tercela.
Inilah kisah kerajaan tikus,
rajanya gagah, gemuk, dan rakus,
bau memancar seperti kakus,
walau badannya sudah dibungkus.
Kerajaan punya banyak aturan,
tak ada bagian yang terlewatkan,
dari yang pribadi sampai kerjaan,
juga kehakiman dan kejaksaanz
II
Binatang lain memandang aneh,
banyak sekali kerja nyeleneh,
dari yang rumit sampai yang remeh,
ditempat sepi ataupun rame.
Golongan tikus banyak berpartai,
ngomongnya banyak sambil bertikai,
rapat habisi makan bertangkai-tangkai,
tapi hasilnya?.....tidak terpakai.
Itulah tikus yang sedang rapat,
suaranya riuh menciat-ciat,
bergerak gaduh ke timur barat,
Dasar!....binatang pengerat.
III
Rajapun punya banyak menteri,
setiap golongan pasti diberi,
peduli pengerat atau pengiri,
yang penting aman raja sendiri.
Rajanya sangat senang bersolek,
didepan kaca berbolak-balek,
rambutnya rapi bajunya molek,
ngomongnya...bak dalang wayang golek.
Tutur katanya sangat dijaga,
kalau bicara bisa diduga,
bersama istri serta penjaga,
bersama menteri seringlah juga.
IV
Di negeri tikus komite banyak,
disana berkumpul tukang teriak,
berkumpul juga para pembalak,
hebatnya...?ada pula mantan pembajak.
Setiap hari kerjanya rapat,
idenya tinggi melompat-lompat,
belumlah dua langsung ke empat,
kalau dibantah langsung mengumpat.
Ada pula yang jadi aparat,
dari golongan tikus pengerat,
bongkar korupsi sampai ke urat,
ternyata masih juga kena jerat.
V
Di negeri tikus banyak yang ganjil,
jalanan rusak banyak dicungkil,
tembok dijebol memakai martil,
ATK kantor?banyak diambil.
Apalah lagi adminstrasi,
kertas dimakan seperti nasi,
begitu juga soal kontruksi
semen dilahap bersama besi.
Katanya tinggal dihutan subur,
rakyatnya miskin makannya bubur,
banyak betina jadi pengibur,
ataupun mati tiada berkubur.
VI
Berbeda lagi si tikus hutan,
berbolak-balik seperti setan,
terutama yang urusi deptan,
ternyata...ikut selundupkan rotan.
Karena kerajaan di hutan tropis,
urusan tani jadi strategis,
si tikus sawah menyusun basis,
proyek didapat teman sebaris.
Si tikus kota tidak bertugas berat,
karena sekolahnya dulu di barat,
jabatannya tinggi jadi penasehat,
yang sangat piawai kalau berdebat.
VII
Ada yang khusus di kerajaan tikus,
jadi apapun haruslah rakus,
bermodal dengkul dapat seratus,
sebagai jasa karena mengurus.
Dasar memang tikus pengerat,
banyak sedikit yang penting dapat,
peduli apa rakyat melarat,
terserah saja negeri sekarat.
Apalah lagi yang dekat raja,
bisa minta berapapun saja,
untuk pelicin setiap meja,
habis separuh?...ah biasa saja.
VIII
Di kerajaan juga ada palemen,
golongan tikus banyak komponen,
dipilih rakyat di musim panen,
elit sekaleee...dan juga keren.
Para anggota rajin berkumpul,
ada yang cerdas ada yang tumpul,
ada yang keriting ada pula yang gundul,
pokoknya.....amburaduuuuuu l.
Kerjanya sungguh enak sekali,
cuma omong dan umbar janji,
setiap tikus dapat mobil sebiji,
dan parahnya?...masih minta naik gaji.
IX
Setiap tahun wakil berkumpul,
membahas sawah mau digundul,
sambil berfikir gimana ngibul,
itulah kalau perutnya gembuuuuul.
Ada pula yang teriak-teriak,
bagaikan lakon panggung ketoprak,
kawan-kawannya bersorak-sorak,
saking semangatnya?ada yang terberak.
Ada pula yang enak tidur,
sambil ngorok kaki terjulur,
tak sadar sampai meleleh liur,
parahnya lagi?...sempat pula ngelindur.
X
Setiap sarang ada bupati,
kuasanya hebat setengah mati,
pegawai harus pintar ambil hati,
supaya dikasih beras sepeti.
Bupati tikus banyak yang pongah,
merasa diri selalu gagah,
mobilnya bagus rumahnya megah,
kemana-mana bawa penjaga.
Kalaulah habis masa kuasa,
diganti istri anakpun bisa,
asalkan banyak emas suasa,
dan pandai pula cakap berbusa.
XI
Janganlah lupa tikus pebisnis,
mobilnya baru serta kelimis,
wajahnya tampan dihias kumis,
kalau bicara mulutnya manis.
Datang ke raja membungkuk-bungkuk,
saking bungkuknya seperti duduk,
kalau bicara sambil menunduk,
dasar...licik kayak pelanduk.
Bawa proposal tebal sebantal,
padahal yang bikin si tukang rental,
merengek-rengek membikin kesal,
cuma itulah ternyata modal.
XII
prihatin tikus pengumpul padi,
sore mengerat sampai ke pagi,
habis bekerja?bekerja lagi,
sampai ompoonggg semua gigi.
Itulah kalau tikus serakah,
diatas lumbung raja bertakhta,
sambil mengerat mana yang suka,
rakyat kelaparan?...pura-pura buta.
Para menteri juga punya lumbung,
amalkan ilmu si aji mumpung,
pundi-pundinya penuh menggelembung,
tuk turunan sambung menyambung.
XIII
Tengoklah pula dikantor-kantor,
fisiknya bagus lakunya kotor,
yang kecil harus rajin menyetor,
pada atasan atau supervisor.
Si Raja tikus sering teriak,
untuk berantas sistem yang rusak,
tapi semua berpura pekak,
sambil mengangguk berpurak-purak.
Binatang luar banyak yang heran,
potensi hutan banyak berlimpahan,
tapi rakyatnya tetap kelaparan,
dan tidur diemper beralas koran.
XIV
Terdapat juga tikus baik,
ingatkan sebelum kerajaan terbalik,
tapi?malah akan kecelik,
dituduh teroris dijeruji bilik.
Ada pula si tikus korban,
dengan pejabat sama-sama makan,
awalnya kawan sebelum ketahuan,
terbuka busuk minggat jadi imigran.
Kini semua tikus blingsatan,
parahnya negeri bak lingkaran setan,
hutang menumpuk sebanyak lautan,
korupsi mengganas tak bisa disebutkan.
XV
Dengarlah kata pahlawan tikus,
ciri-ciri kerajaan yang akan hangus,
keadilan banyak yang terberangus,
maksiat subur bagaikan humus.
Apapun dihutan akan dikerat,
yang rusak ringan maupun berat,
yang ada timur atau dibarat,
yang ada dilaut atau didarat.
Tikus yang kaya semakin kaya,
yang miskin makin tidak berdaya,
yang kuasa akan tambah berjaya,
yang lemah selalu teraniaya.
XVI
Sangatlah mahal bangun infrastruktur,
baru sebentar sudah hancur,
direhab lagi dana mengucur,
tak sudah-sudah sampai ke kubur.
Tengoklah pula tikus dikota,
Rumah yang mewah megah tertata,
berdekatan dengan gubuk derita,
yah...apalah lagi mau dikata.
Itulah kalau kerajaan timpang,
uang dipakai untuk menimbang.,
apapun bisa dibuat dagang.
asal sesuai irama gendang.
XVII
Syairku ini bagai guyonan,
tapi tersirat banyak ajaran,
dilihat sendiri yang dilapangan,
atau informasi dari teman.
Kerajaan tikus menjelang hancur,
semua aspek berjalan mundur,
segalanya makin tidak teratur,
tinggallah kita sedih menekur.
Wahai kawan kita mulai,
bermula dari diri sendiri,
marilah kita sadarkan diri,
agar tak murka Sang Maha Pemberi.
XVIII
Hidup di dunia hanya sebentar,
malaikat maut tak pernah gentar,
tak bisa disogok atau dibayar,
tak pula bisa tawar menawar.
Wahai sahabat pencinta syair,
hidup di dunia bagai musafir,
hanya sebentar akan berakhir,
dikubur dipalu munkar dan nakir.
Terhadap harta kita ditanya,
didapat dari jalan yang mana,
dipakai apa manfaat guna,
dipertanggungjawabkan dengan sempurna.
Inderalaya, 2014
Al Faqiir Hamdi Ahsan
satirisme pejabat tikus rakyat
I
Tersebut didalam suatu cerita,
terjadi di negeri antah berantah,
terjadi dizaman sangat baheula,
tentang kerakusan sangat tercela.
Inilah kisah kerajaan tikus,
rajanya gagah, gemuk, dan rakus,
bau memancar seperti kakus,
walau badannya sudah dibungkus.
Kerajaan punya banyak aturan,
tak ada bagian yang terlewatkan,
dari yang pribadi sampai kerjaan,
juga kehakiman dan kejaksaanz
II
Binatang lain memandang aneh,
banyak sekali kerja nyeleneh,
dari yang rumit sampai yang remeh,
ditempat sepi ataupun rame.
Golongan tikus banyak berpartai,
ngomongnya banyak sambil bertikai,
rapat habisi makan bertangkai-tangkai,
tapi hasilnya?.....tidak terpakai.
Itulah tikus yang sedang rapat,
suaranya riuh menciat-ciat,
bergerak gaduh ke timur barat,
Dasar!....binatang pengerat.
III
Rajapun punya banyak menteri,
setiap golongan pasti diberi,
peduli pengerat atau pengiri,
yang penting aman raja sendiri.
Rajanya sangat senang bersolek,
didepan kaca berbolak-balek,
rambutnya rapi bajunya molek,
ngomongnya...bak dalang wayang golek.
Tutur katanya sangat dijaga,
kalau bicara bisa diduga,
bersama istri serta penjaga,
bersama menteri seringlah juga.
IV
Di negeri tikus komite banyak,
disana berkumpul tukang teriak,
berkumpul juga para pembalak,
hebatnya...?ada pula mantan pembajak.
Setiap hari kerjanya rapat,
idenya tinggi melompat-lompat,
belumlah dua langsung ke empat,
kalau dibantah langsung mengumpat.
Ada pula yang jadi aparat,
dari golongan tikus pengerat,
bongkar korupsi sampai ke urat,
ternyata masih juga kena jerat.
V
Di negeri tikus banyak yang ganjil,
jalanan rusak banyak dicungkil,
tembok dijebol memakai martil,
ATK kantor?banyak diambil.
Apalah lagi adminstrasi,
kertas dimakan seperti nasi,
begitu juga soal kontruksi
semen dilahap bersama besi.
Katanya tinggal dihutan subur,
rakyatnya miskin makannya bubur,
banyak betina jadi pengibur,
ataupun mati tiada berkubur.
VI
Berbeda lagi si tikus hutan,
berbolak-balik seperti setan,
terutama yang urusi deptan,
ternyata...ikut selundupkan rotan.
Karena kerajaan di hutan tropis,
urusan tani jadi strategis,
si tikus sawah menyusun basis,
proyek didapat teman sebaris.
Si tikus kota tidak bertugas berat,
karena sekolahnya dulu di barat,
jabatannya tinggi jadi penasehat,
yang sangat piawai kalau berdebat.
VII
Ada yang khusus di kerajaan tikus,
jadi apapun haruslah rakus,
bermodal dengkul dapat seratus,
sebagai jasa karena mengurus.
Dasar memang tikus pengerat,
banyak sedikit yang penting dapat,
peduli apa rakyat melarat,
terserah saja negeri sekarat.
Apalah lagi yang dekat raja,
bisa minta berapapun saja,
untuk pelicin setiap meja,
habis separuh?...ah biasa saja.
VIII
Di kerajaan juga ada palemen,
golongan tikus banyak komponen,
dipilih rakyat di musim panen,
elit sekaleee...dan juga keren.
Para anggota rajin berkumpul,
ada yang cerdas ada yang tumpul,
ada yang keriting ada pula yang gundul,
pokoknya.....amburaduuuuuu
Kerjanya sungguh enak sekali,
cuma omong dan umbar janji,
setiap tikus dapat mobil sebiji,
dan parahnya?...masih minta naik gaji.
IX
Setiap tahun wakil berkumpul,
membahas sawah mau digundul,
sambil berfikir gimana ngibul,
itulah kalau perutnya gembuuuuul.
Ada pula yang teriak-teriak,
bagaikan lakon panggung ketoprak,
kawan-kawannya bersorak-sorak,
saking semangatnya?ada yang terberak.
Ada pula yang enak tidur,
sambil ngorok kaki terjulur,
tak sadar sampai meleleh liur,
parahnya lagi?...sempat pula ngelindur.
X
Setiap sarang ada bupati,
kuasanya hebat setengah mati,
pegawai harus pintar ambil hati,
supaya dikasih beras sepeti.
Bupati tikus banyak yang pongah,
merasa diri selalu gagah,
mobilnya bagus rumahnya megah,
kemana-mana bawa penjaga.
Kalaulah habis masa kuasa,
diganti istri anakpun bisa,
asalkan banyak emas suasa,
dan pandai pula cakap berbusa.
XI
Janganlah lupa tikus pebisnis,
mobilnya baru serta kelimis,
wajahnya tampan dihias kumis,
kalau bicara mulutnya manis.
Datang ke raja membungkuk-bungkuk,
saking bungkuknya seperti duduk,
kalau bicara sambil menunduk,
dasar...licik kayak pelanduk.
Bawa proposal tebal sebantal,
padahal yang bikin si tukang rental,
merengek-rengek membikin kesal,
cuma itulah ternyata modal.
XII
prihatin tikus pengumpul padi,
sore mengerat sampai ke pagi,
habis bekerja?bekerja lagi,
sampai ompoonggg semua gigi.
Itulah kalau tikus serakah,
diatas lumbung raja bertakhta,
sambil mengerat mana yang suka,
rakyat kelaparan?...pura-pura buta.
Para menteri juga punya lumbung,
amalkan ilmu si aji mumpung,
pundi-pundinya penuh menggelembung,
tuk turunan sambung menyambung.
XIII
Tengoklah pula dikantor-kantor,
fisiknya bagus lakunya kotor,
yang kecil harus rajin menyetor,
pada atasan atau supervisor.
Si Raja tikus sering teriak,
untuk berantas sistem yang rusak,
tapi semua berpura pekak,
sambil mengangguk berpurak-purak.
Binatang luar banyak yang heran,
potensi hutan banyak berlimpahan,
tapi rakyatnya tetap kelaparan,
dan tidur diemper beralas koran.
XIV
Terdapat juga tikus baik,
ingatkan sebelum kerajaan terbalik,
tapi?malah akan kecelik,
dituduh teroris dijeruji bilik.
Ada pula si tikus korban,
dengan pejabat sama-sama makan,
awalnya kawan sebelum ketahuan,
terbuka busuk minggat jadi imigran.
Kini semua tikus blingsatan,
parahnya negeri bak lingkaran setan,
hutang menumpuk sebanyak lautan,
korupsi mengganas tak bisa disebutkan.
XV
Dengarlah kata pahlawan tikus,
ciri-ciri kerajaan yang akan hangus,
keadilan banyak yang terberangus,
maksiat subur bagaikan humus.
Apapun dihutan akan dikerat,
yang rusak ringan maupun berat,
yang ada timur atau dibarat,
yang ada dilaut atau didarat.
Tikus yang kaya semakin kaya,
yang miskin makin tidak berdaya,
yang kuasa akan tambah berjaya,
yang lemah selalu teraniaya.
XVI
Sangatlah mahal bangun infrastruktur,
baru sebentar sudah hancur,
direhab lagi dana mengucur,
tak sudah-sudah sampai ke kubur.
Tengoklah pula tikus dikota,
Rumah yang mewah megah tertata,
berdekatan dengan gubuk derita,
yah...apalah lagi mau dikata.
Itulah kalau kerajaan timpang,
uang dipakai untuk menimbang.,
apapun bisa dibuat dagang.
asal sesuai irama gendang.
XVII
Syairku ini bagai guyonan,
tapi tersirat banyak ajaran,
dilihat sendiri yang dilapangan,
atau informasi dari teman.
Kerajaan tikus menjelang hancur,
semua aspek berjalan mundur,
segalanya makin tidak teratur,
tinggallah kita sedih menekur.
Wahai kawan kita mulai,
bermula dari diri sendiri,
marilah kita sadarkan diri,
agar tak murka Sang Maha Pemberi.
XVIII
Hidup di dunia hanya sebentar,
malaikat maut tak pernah gentar,
tak bisa disogok atau dibayar,
tak pula bisa tawar menawar.
Wahai sahabat pencinta syair,
hidup di dunia bagai musafir,
hanya sebentar akan berakhir,
dikubur dipalu munkar dan nakir.
Terhadap harta kita ditanya,
didapat dari jalan yang mana,
dipakai apa manfaat guna,
dipertanggungjawabkan dengan sempurna.
Inderalaya, 2014
Al Faqiir Hamdi Ahsan
Syair Haji.
I
Kumulai kata dengan Bismillah,
Hadapkan hati kepada Allah,
Sumber segala asal bermula,
Sampai kelak ditiup sangkala.
Bermula dari batin merindu,
Lukisan ka’bah ingat selalu,
Terbayang pagi,siang dan dalu
Didalam hati terasa pilu.
Semasa kecil sering melihat,
gambar umat Islam berkiblat,
seakan ka'bah telah terpahat,
didalam jiwa demikian kuat.
II
Dimasa muda tertanam niat,
Untuk segera tunai amanat,
Kunjungi tempat kiblatnya umat,
Kerjakan rukun islam terberat.
Ketika sudah mulai bekerja,
niat diripun kian membaja,
kumpulkan rezeki berapa saja,
dengan amanat dan bersahaja.
Niat yang kuat datangkan rezki,
bekerja keras tangan dan kaki,
lembah dan gunung akan didaki.
cukupkan biaya istri dan laki.
III
Alhamdulillah kata terucap,
Dana terkumpul azam ditancap,
Pergi haji ka’bah diancap,
Formulir diisi paspor di cap.
Berangkat pergi bersama istri,
Bunda diajak wajah berseri,
Bertiga pergi berangkat diri,
Palembanglah asal kami dari.
Pergi berangkat tinggallah waktu,
Harta dan anak tinggallah tentu,
Bagaikan sudah yatim piatu,
Segala rasa campur bersatu.
IV
Berangkat kami duaribu sembilan,
Bersama istri dan ibu seorang,
Bersama jamaah tujuh ribuan,
Diantar orang dengan lambaian.
Berangkat kami di Zulkaidah,
Keloter tujuh kami berada,
di kota jeddah sampailah sudah,
menyesak rindu didalam dada.
Airmata pun deras mengalir,
Sepanjang jalan terpandang pasir,
Hati dan jiwa rasa berdesir,
Jedah-madinah sekali mampir.
V
Sampailah jamaah ke kota Madinah,
Kota yang indah bikin terpana,
Jamaah tersebar dimana-mana,
Tangis terpancar rindu karena.
Bersegera pergi ke mesjid nabawi,
Tuk mengejar fadhilah ukhrowi,
Sembahyang fardhu empat puluh kali,
Demikian hadits sahih dirawi.
Mesjid nabawi begitu indah,
Luasnya sudah berlipat ganda,
Kalau tak bisa mengingat tanda,
Akan tersesat pastilah sudah.
VI
Habis sembahyang kunjungi rasul,
Sangatlah ramai susul menyusul,
Bersholawat orang tuk bertawasul,
Doa dipanjat sholawat disusul.
Doa mengalir terucap deras,
Di raudhah orang menangis keras,
Doa dan harap terdengar jelas,
mengharu biru sambil memelas.
Disela waktu pergi ziarah,
Jejak sang nabi pasti diarah,
Ke bukit uhud perang terparah,
Ke Mesjid Quba juga mengarah.
VII
Bertemu umat seluruh dunia,
Wajahnya bersih dan bercahaya,
Senyum mengembang tak ada sara,
Itulah indahnya kalau saudara.
Sembilan hari di kota madinah,
Tanpa terasa waktu yang fana,
Bergegas kan pergi tinggalkan tanah,
Menuju ka’bah di mekkah sana.
Rombongan tertib berkendaraan,
Pakaian ihram sudah dikenakan,
Mengambil mikad harus dilaksanakan,
Larangan ihram sudah diingatkan.
VIII
Sepanjang jalan baca talbiyah,
Tegarnya diri seakan tergoyah,
Menangis diri teringat ayah,
Yang telah besarkan bersusah payah.
Sepanjang jalan penuh berbatu,
Siangnya sangat panaslah tentu,
Rasul ke sana berteman satu,
Berminggu-minggu memakan waktu.
Ketika beranjak ke ujung malam,
Sampailah kami ke tanah haram,
Semua jamaah larut terdiam,
Pesona ka’bah begitu dalam.
IX
Pergilah kami ke lampu tanda,
Mulai tawaf pastilah sudah,
Mulut berzikir sepenuh nada,
Mata menangis sangatlah indah.
Tujuh kali diri berkeliling ka’bah,
Diakhiri sholat oleh sang hamba,
Terucap pinta dengan menghiba,
Agar akhlak burukjadi berubah.
Setelah itu pergi ke safa,
Untuk bersa’i tanpa terompah,
Turun bukit hitung berapa,
Sampai ke marwa kembali ke safa.
Tujuh kali jalani sa’i,
Badan letih tiada perduli,
Rambut dipotong supaya suci,
Duduk bersimpuh nyaman sekali.
Setelah itu mencari tempat,
Memandang ka’bah hendaklah dapat,
Sholatlah sunat berlamat-lamat,
Wahai Ilahi sangatlah nikmat.
Sesudah sholat membaca quran,
Kalaulah haus banyak minuman,
Berasal dari airnya zamzam,
Yang tak kering sepanjang zaman.
XI
Kalaulah ingin sampai ke subuh,
Pergi ke bawah baringkan tubuh,
Ketika waktu azan ditabuh,
Orangpun kembali ramai gemuruh.
Ramai dan banyak tak habis fikir,
Setelah subuh orang berzikir,
Tak pilih kaya ataupun fakir,
Tak pilih dermawan ataupun kikir.
Setelah dhuha pergi keluar,
Banyaklah orang tawar menawar,
Belilah susu dan roti tawar,
Mudah dimakan mubazir sukar.
XII
Kalaulah bisa ke hajar aswad,
Tanamkan niat yang sungguh kuat,
Janganlah zalim turutkan syahwat,
Agar prilaku tidak kelewat.
Pergilah juga ke hijir Ismail,
Sholat sunnah doa diambil,
Walaupun capek badan menggigil,
Tapi bahagia sudah dipanggil.
Sempatkan juga memegang ka’bah,
Tapi bukanlah untuk disembah,
Panjatkan doa dengan menghiba,
Agar keburukan bisa diubah.
XIII
Wahai saudara muslim sekalian,
Betapa nikmat karunia Tuhan,
Hati yang rindu ke tanah haram,
Dikabul niat terasa tentram.
Habis dhuha pergilah pulang,
Dijalan orang berlalu lalang,
Dagangan juga alang-kepalang,
Tasbih,cincin,ataupun gelang.
Pulang ke maktab mengurus badan,
Cuci pakaian bikin masakan,
Jangan ngerumpi saja percakapan,
Atau diskusi urus perpolitikan.
XIV
Sampailah kita dimasa puncak,
Delapan zulhijah pergi serentak,
Ke padang arafah kita berarak,
Tunaikan haji dengan semarak.
Wukuf adalah intinya haji,
Disana adam hawa berjanji,
Ke Padang arafah serahkan hati,
Seperti saat di mahsyar nanti.
Jutaan mukmin datang berkumpul,
Semua putih tanpa bertutul,
Kain dan selempang seperti Rasul,
Itulah pakaian haji yang betul.
XV
Setelah zuhur tibalah puncak,
Khutbah arafah datang semarak,
Airmatapun terserak-serak,
Tangis membuncah sampai tersedak.
Tak malu orang menangis keras,
Kadang seperti sudah tak waras,
Airmatapun mengalir deras,
Tak sisa lagi habis terkuras.
Panjatkan doa yang baik-baik,
Karena kita ditempat terbaik,
Waktunya juga waktu yang tabik,
Agar tak sesal setelah balik.
XVI
Datanglah petang mulai berkemas,
Ke muzdalifah tak perlu cemas,
Pergi semua mbak dan mas,
Takkan tertinggal atau terlepas.
Menunggu lama di muzdalifah,
Kumpulkan batu tanpa diminta,
Tuk dibawa pergi ke mina,
Untuk dipakai melempar jumrah.
Datanglah jemputan pergi ke mina,
Jangan berebut janganlah hina,
Agar tak sesat nanti disana,
Jutaan manusia ramai karena.
XVII
Sabarlah waktu melempar jumrah,
Lemparlah batu jangan amarah,
Bukan luapkan dendam membara,
Kepada syaitan yang kena dera.
Habis melempar kembali lagi,
Istirahatlah sampai ke pagi,
Setelah itu mengulang pergi,
Sampai terlaksana ke tiga kali.
Habis jumroh cukurlah rambut,
Kepala gundul tiga disebut,
Sunnahnya rasul mari diturut,
Agar mabrur haji terikut.
XVIII
Setelah bermalam di kota mina,
Kembali ke mekkah al mukarammah,
Tunaikan tawaf sebagai amanah,
Sa’ipun pergi wajiblah pula.
Habislah sudah tugas utama,
Kembali ibadah indah bermakna,
Sholat dan ngaji kerja utama,
Ke mesjid haram sang primadona.
Sempatkan pula pergi berumrah,
Miqad di tanim atau hudaibiyah,
Bisa pula dari ji'ronah,
Semua tempat adalah sunnah.
XIX
Empat puluh hari berakhir sudah,
pergi ke ka,bah tuk tawaf wada,
doa diucap tangan tengadah,
airmatapun basah ke dada.
Setelah itu hamba kan pulang,
jangan takdirkan nasibku malang,
sebelum daging berpisah tulang,
izinkan hamba datang mengulang.
ke negeri jauh hamba kembali,
bila tak pulang tak disesali,
izinkan lagi walau sekali,
hamba berkunjung wahai Sang Wali.
XX
Menjelang pulang janganlah lupa,
Buah tangan dikit tak apa,
Untuk keluarga dan tetangga,
Berbagi bahagia yang dijumpa.
Janganlah lupa membawa zamzam,
Itu diminta itu diidam,
Walau sedikit pengobat dendam,
Tuk kelak datang ke tanah haram.
Belilah pula korma yang segar,
Untuk dimakan untuk disebar,
Agar tetangga tiada sabar,
unuk berangkat berhaji akbar.
XXI
Ini sepotong syair sendiri,
Sekedar ingin turut berbagi,
Pada saudara yang akan pergi,
Ke tanah suci tunaikan haji.
Pada sahabat saya berpesan,
Jalani rukun janganlah bosan,
Mudah-mudahan kan jadi insan,
Yang kuat iman sebagai hiasan.
Inilah syair hamba yang daif,
Maafkan ada kata yang selip.
Ditulis dari menjelang maghrib,
Semoga berguna untuk dikutip.
Al Faqiir
Hamdi Akhsan.
SYAIR SEORANG GURU.
(Dedikasi untuk hari guru 25 November 2014)
I
Bismillah awal pembuka kata,
pada-Mu jua hamba meminta,
sambil berurai si air mata,
berharap raih ridho dan cinta.
Syairku ini curahan hati,
ingatlah selalu sampai ke mati,
simak dan resap dengan teliti,
semoga bahagia hidupmu nanti.
Syair ditulis seorang guru,
untuk anakku generasi baru,
melalui kata daku menyeru,
nasehat yang baik agar ditiru.
II
zaman berubah musim berganti,
tantangan hidup telah menanti,
jalan yang panjang akan kau titi,
dengar nasehatku sepenuh hati.
Rukun pertama menuntut ilmu,
ikhlas hati pada gurumu,
hormat dan selalu jaga sikapmu,
niscaya berkah mengiringimu.
Anakku baik anakku pintar,
rajinlah selalu engkau belajar,
ilmu dicari ibadah dikejar,
bergaul dirimu secara wajar.
III
Ilmu kedua dalam belajar,
ulangi hitungan secara sabar,
bacalah hafalan setiap lembar,
baik sosial atau aljabar.
Terhadap ilmu jangan memilih,
jangan dibeda atau dilebih,
semua kan butuh untuk dilatih,
jangan berhenti sebelum letih.
Jangan belajar cara borongan,
begadang semalam besok ulangan,
yang telah dapat kan kehilangan,
saat ujian kau kebingungan.
IV
Sadari selalu dalam dirimu,
guru tak faham segala ilmu,
kadang terlalai memperhatikanmu,
kadang tak mampu jawab tanyamu.
kami terlahir di masa lalu,
saat zamannya belumlah maju,
terhadap teknologi masihlah gagu,
ilmu terbaru juga tak tentu.
Itulah kadang guru terbatas,
jangan mengejek itu tak pantas,
berharap daku pada yang atas,
agar diberi hati yang ikhlas.
V
Hatiku sedih kala kau gagal,
bagai ditindih tembok yang tebal,
tak mungkin karena engkau yang bebal,
ataupun karena buku yang tebal.
Kalaulah memang kami yang salah,
memohon kami kepada Allah,
diberi ampun tiada dicela,
atas mengajar diberi pahala.
Wahai anakku siswa tercinta,
kuhanya mampu menguntai kata,
pada Ilahi daku meminta,
moga dirimu capai cita-cita.
VI
Anak-anakku harapan kami,
dirimu bagai bunga bersemi,
harapan ayah harapan umi,
gantikan amanah kami di bumi.
Dalam belajar jangan menyerah,
kalau tak dapat janganlah jera,
tancapkan tekad semangat membara,
panas memancar bagaikan bara.
Kalaulah engkau belajar keras,
tenagamu pasti banyak terkuras,
banyaklah makan yang dari beras,
ikan dimakan juga ayam buras.
VII
Tahukah engkau wahai anakku,
berkahnya ilmu ridho sang guru,
mintalah doa tulus dan haru,
agar mustajab doa diseru.
Dimasa lalu guru mulia,
berkilau bagaikan mutiara,
wibawa dan anggun kalau bicara,
terhormat dan didepan dalam acara.
Kalaupun zaman sudah berubah,
tetaplah guru masih didamba,
ajarkan ilmu membentuk jiwa,
berbagi amanah dengan orangtua.
VIII
Dalam belajar carilah berkah,
yang dapat karena gurunya suka,
tak pernah murid menoreh luka,
ataupun membuat guru berduka.
Syairku ini bukan mainan,
tapi kumpulan berbagai pesan,
dari sang khalik ataupun insan,
yang dapat dengan berbagai jalan.
Sungguh agama telah berkabar,
menjadi guru haruslah sabar,
kasih dan sayang dibuka lebar,
dilatih keras membuka nalar.
IX
Sebagai murid haruslah rajin,
belajar keras haruslah yakin,
ulang hafalan haruslah rutin,
jalan dilewat semakin licin.
Waktu berlalu bagaikan pedang,
kakakmu sudah banyak terpandang,
sukses didepan tinggal diundang,
asalkan jangan banyak berdendang.
Belajar keras itu biasa,
semula tidak kemudian bisa,
janganlah pernah berputus asa,
membuat masa depan binasa.
X
Syairku ini cukup dahulu,
jasadku letih tulangku ngilu,
pertnada muda telah berlalu,
hari telah petang menjelang dalu.
Pada Ilahi daku meminta,
bimbinglah muridku mencapai cita,
kasihi mereka sepenuh cinta,
jauhkan mereka dari derita.
Diakhir syair kututup salam,
karena hari semakin malam,
cekungan rabunku semakin dalam,
Ampuni hamba-Mu hai Penguasa alam.
Indralaya, 23 November 2014
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
(Dedikasi untuk hari guru 25 November 2014)
I
Bismillah awal pembuka kata,
pada-Mu jua hamba meminta,
sambil berurai si air mata,
berharap raih ridho dan cinta.
Syairku ini curahan hati,
ingatlah selalu sampai ke mati,
simak dan resap dengan teliti,
semoga bahagia hidupmu nanti.
Syair ditulis seorang guru,
untuk anakku generasi baru,
melalui kata daku menyeru,
nasehat yang baik agar ditiru.
II
zaman berubah musim berganti,
tantangan hidup telah menanti,
jalan yang panjang akan kau titi,
dengar nasehatku sepenuh hati.
Rukun pertama menuntut ilmu,
ikhlas hati pada gurumu,
hormat dan selalu jaga sikapmu,
niscaya berkah mengiringimu.
Anakku baik anakku pintar,
rajinlah selalu engkau belajar,
ilmu dicari ibadah dikejar,
bergaul dirimu secara wajar.
III
Ilmu kedua dalam belajar,
ulangi hitungan secara sabar,
bacalah hafalan setiap lembar,
baik sosial atau aljabar.
Terhadap ilmu jangan memilih,
jangan dibeda atau dilebih,
semua kan butuh untuk dilatih,
jangan berhenti sebelum letih.
Jangan belajar cara borongan,
begadang semalam besok ulangan,
yang telah dapat kan kehilangan,
saat ujian kau kebingungan.
IV
Sadari selalu dalam dirimu,
guru tak faham segala ilmu,
kadang terlalai memperhatikanmu,
kadang tak mampu jawab tanyamu.
kami terlahir di masa lalu,
saat zamannya belumlah maju,
terhadap teknologi masihlah gagu,
ilmu terbaru juga tak tentu.
Itulah kadang guru terbatas,
jangan mengejek itu tak pantas,
berharap daku pada yang atas,
agar diberi hati yang ikhlas.
V
Hatiku sedih kala kau gagal,
bagai ditindih tembok yang tebal,
tak mungkin karena engkau yang bebal,
ataupun karena buku yang tebal.
Kalaulah memang kami yang salah,
memohon kami kepada Allah,
diberi ampun tiada dicela,
atas mengajar diberi pahala.
Wahai anakku siswa tercinta,
kuhanya mampu menguntai kata,
pada Ilahi daku meminta,
moga dirimu capai cita-cita.
VI
Anak-anakku harapan kami,
dirimu bagai bunga bersemi,
harapan ayah harapan umi,
gantikan amanah kami di bumi.
Dalam belajar jangan menyerah,
kalau tak dapat janganlah jera,
tancapkan tekad semangat membara,
panas memancar bagaikan bara.
Kalaulah engkau belajar keras,
tenagamu pasti banyak terkuras,
banyaklah makan yang dari beras,
ikan dimakan juga ayam buras.
VII
Tahukah engkau wahai anakku,
berkahnya ilmu ridho sang guru,
mintalah doa tulus dan haru,
agar mustajab doa diseru.
Dimasa lalu guru mulia,
berkilau bagaikan mutiara,
wibawa dan anggun kalau bicara,
terhormat dan didepan dalam acara.
Kalaupun zaman sudah berubah,
tetaplah guru masih didamba,
ajarkan ilmu membentuk jiwa,
berbagi amanah dengan orangtua.
VIII
Dalam belajar carilah berkah,
yang dapat karena gurunya suka,
tak pernah murid menoreh luka,
ataupun membuat guru berduka.
Syairku ini bukan mainan,
tapi kumpulan berbagai pesan,
dari sang khalik ataupun insan,
yang dapat dengan berbagai jalan.
Sungguh agama telah berkabar,
menjadi guru haruslah sabar,
kasih dan sayang dibuka lebar,
dilatih keras membuka nalar.
IX
Sebagai murid haruslah rajin,
belajar keras haruslah yakin,
ulang hafalan haruslah rutin,
jalan dilewat semakin licin.
Waktu berlalu bagaikan pedang,
kakakmu sudah banyak terpandang,
sukses didepan tinggal diundang,
asalkan jangan banyak berdendang.
Belajar keras itu biasa,
semula tidak kemudian bisa,
janganlah pernah berputus asa,
membuat masa depan binasa.
X
Syairku ini cukup dahulu,
jasadku letih tulangku ngilu,
pertnada muda telah berlalu,
hari telah petang menjelang dalu.
Pada Ilahi daku meminta,
bimbinglah muridku mencapai cita,
kasihi mereka sepenuh cinta,
jauhkan mereka dari derita.
Diakhir syair kututup salam,
karena hari semakin malam,
cekungan rabunku semakin dalam,
Ampuni hamba-Mu hai Penguasa alam.
Indralaya, 23 November 2014
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
Kumpulan Pantun Muda Mudi I
Tulis surat di dalam gelap
Ayatnya banyak yang tidak kena
Jagalah diri jangan tersilap
Jikalau silap awak yang bencana
Ayatnya banyak yang tidak kena
Jagalah diri jangan tersilap
Jikalau silap awak yang bencana
Jangan pergi mandi di lombong
Emak dan kakak sedang mencuci
Jangan suka bercakap bohong
Semua kawan akan membenci
Emak dan kakak sedang mencuci
Jangan suka bercakap bohong
Semua kawan akan membenci
Buah cempedak bentuknya bujur
Sangat disukai oleh semua
Jika kita bersikap jujur
Hidup kita dipandang mulia
Sangat disukai oleh semua
Jika kita bersikap jujur
Hidup kita dipandang mulia
Jikalau tuan mengangkat peti
Tolong masukkan segala barang
Jikalau anak-anak bersatu hati
Kerja yang susah menjadi senang
Tolong masukkan segala barang
Jikalau anak-anak bersatu hati
Kerja yang susah menjadi senang
Asam kandis mari dihiris
Manis sekali rasa isinya
Dilihat manis dipandang manis
Lebih manis hati budinya
Manis sekali rasa isinya
Dilihat manis dipandang manis
Lebih manis hati budinya
disana gunung disini gunung
ditengah tengah pohon melati
disana bingung disini bingung
sama sama menaruh hati
ditengah tengah pohon melati
disana bingung disini bingung
sama sama menaruh hati
Masuk hutan pakai sepatu
Takut kena gigitan pacat
Kalau kita selalu bersatu
Apa kerja mudah dibuat
Takut kena gigitan pacat
Kalau kita selalu bersatu
Apa kerja mudah dibuat
Bandar baru Seberang Perai
Gunung Daik bercabang tiga
Hancur badan tulang berkecai
Budi yang baik dikenang juga
Gunung Daik bercabang tiga
Hancur badan tulang berkecai
Budi yang baik dikenang juga
Encik Dollah pergi ka Jambi
Pergi pagi kembali petang
Kalau Tuhan hendak membagi
Pintu berkancing rezeki datang
Pergi pagi kembali petang
Kalau Tuhan hendak membagi
Pintu berkancing rezeki datang
padang berbunga dalam rimba
angin menderu dari tiku
badanlah lama tidak bersua
kinilah baru bertemu
angin menderu dari tiku
badanlah lama tidak bersua
kinilah baru bertemu
Kumpulan Pantun Muda Mudi II
baru diikat bunga tanjung
sama terikat bunga pandan
baru melihat adik kandung
kembali semangat dalam badan
sama terikat bunga pandan
baru melihat adik kandung
kembali semangat dalam badan
dari mana hendak ke mana
dari jepang hendak ke cina
kakau boleh saya bertanya
bunga yang cantik siapa yang punya
dari jepang hendak ke cina
kakau boleh saya bertanya
bunga yang cantik siapa yang punya
ku tak ingin sepiring belut
yang ku ingin sepiring nasi
ki tak ingin cinta di mulut
yang ku ingin cinta di hati
yang ku ingin sepiring nasi
ki tak ingin cinta di mulut
yang ku ingin cinta di hati
Orang haji dari Jeddah
Buah kurma berlambak-lambak
Pekerjaan guru bukanlah mudah
Bagai kerja menolak ombak
Buah kurma berlambak-lambak
Pekerjaan guru bukanlah mudah
Bagai kerja menolak ombak
Pinang muda dibelah dua
Anak burung mati diranggah
Dari muda sampai ke tua
Ajaran baik jangan diubah
Anak burung mati diranggah
Dari muda sampai ke tua
Ajaran baik jangan diubah
Terang bulan di malam sepi
Cahya memancar kepangkal kelapa
Hidup di dunia buatlah bakti
Kepada ibu dan juga bapa
Cahya memancar kepangkal kelapa
Hidup di dunia buatlah bakti
Kepada ibu dan juga bapa
Kapal kecil jangan dibelok
Kalau dibelok patah tiangnya
Budak kecil jangan di peluk
Kalau dipeluk patah tulangnya
Kalau dibelok patah tiangnya
Budak kecil jangan di peluk
Kalau dipeluk patah tulangnya
Asal kapas menjadi benang
Dari benang dibuat kain
Barang yang lepas jangan dikenang
Sudah menjadi hak orang lain
Dari benang dibuat kain
Barang yang lepas jangan dikenang
Sudah menjadi hak orang lain
Tengahari pergi mengail
Dapat seekor ikan tenggiri
Jangan amalkan sikap bakhil
Akan merosak diri sendiri
Dapat seekor ikan tenggiri
Jangan amalkan sikap bakhil
Akan merosak diri sendiri
Kapal Anjiman disangka hantu
Nampak dari Kuala Acheh
Rosak iman kerana nafsu
Rosak hati kerana kasih
Nampak dari Kuala Acheh
Rosak iman kerana nafsu
Rosak hati kerana kasih
Tingkap papan kayu bersegi
Sampan sakat di Pulau Angsa
Indah tampan kerana budi
Tinggi darjat kerana bahasa
Sampan sakat di Pulau Angsa
Indah tampan kerana budi
Tinggi darjat kerana bahasa
Anak Siti anak yang manja
Suka berjalan di atas titi
Orang yang malas hendak bekerja
Pasti menyesal satu hari nanti
Suka berjalan di atas titi
Orang yang malas hendak bekerja
Pasti menyesal satu hari nanti
Kumpulan Pantun Muda Mudi III
Bintang tujuh sinar berseri
Bulan purnama datang menerpa
Ajaran guru hendak ditaati
Mana yang dapat jangan dilupa
Bulan purnama datang menerpa
Ajaran guru hendak ditaati
Mana yang dapat jangan dilupa
Parang tajam tidak berhulu
Buat menetak si pokok Ru
Bila belajar tekun selalu
Jangan ingkar nasihat guru
Buat menetak si pokok Ru
Bila belajar tekun selalu
Jangan ingkar nasihat guru
Hari malam gelap-gelita
Pasang lilin jalan ke taman
Sopan santun budaya kita
Jadi kebanggaan zaman berzaman
Pasang lilin jalan ke taman
Sopan santun budaya kita
Jadi kebanggaan zaman berzaman
Pergi berburu sampai ke sempadan
Dapat Kancil badan berjalur
Biar carik baju di badan
Asalkan hati bersih dan jujur
Dapat Kancil badan berjalur
Biar carik baju di badan
Asalkan hati bersih dan jujur
Pulau Pandan jauh ke tengah
Gunung Daik bercabang tiga
Hancur badan dikandung tanah
Budi yang baik di kenang juga
Gunung Daik bercabang tiga
Hancur badan dikandung tanah
Budi yang baik di kenang juga
Ramai orang membeli jamu
Di bawah pokok cuaca redup
Bersungguh-sungguh mencari ilmu
Ilmu dicari penyuluh hidup
Di bawah pokok cuaca redup
Bersungguh-sungguh mencari ilmu
Ilmu dicari penyuluh hidup
Apa guna berkain batik
Kalau tidak dengan sucinya?
Apa guna beristeri cantik
Kalau tidak dengan budinya
Kalau tidak dengan sucinya?
Apa guna beristeri cantik
Kalau tidak dengan budinya
Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian
Buah cempedak diluar pagar
Ambil galah tolong jolokkan
Saya budak baru belajar
Kalau salah tolong tunjukkan
Ambil galah tolong jolokkan
Saya budak baru belajar
Kalau salah tolong tunjukkan
Pisang emas dibawa belayar
Masak sebiji di atas peti
Hutang emas boleh dibayar
Hutang budi dibawa mati
Masak sebiji di atas peti
Hutang emas boleh dibayar
Hutang budi dibawa mati
Walaupun enak makan dengan bakwan
Lebih enak makan dengan tahu
Walaupun enak jalan dengan teman
Lebih enak jalan dengan kamu
Lebih enak makan dengan tahu
Walaupun enak jalan dengan teman
Lebih enak jalan dengan kamu
Manis manis sekepal gula
Lebih manis sesendok madu
Manis manis senyum si janda
Lebih manis senyum bibirmu
Lebih manis sesendok madu
Manis manis senyum si janda
Lebih manis senyum bibirmu
Dari Natal pergi ke Tiku
Di Airbangis singgah dahulu
Kalau adik ragu hatiku
Boleh abang cari yang baru
Di Airbangis singgah dahulu
Kalau adik ragu hatiku
Boleh abang cari yang baru
Ayam boleh, ikan pun boleh
Yang penting ada nasinya
Hitam boleh, Putih pun boleh
Yang penting baik hatinya
Yang penting ada nasinya
Hitam boleh, Putih pun boleh
Yang penting baik hatinya
Dalam semak ada duri
Ayam kuning buat sarang
Orang tamak selalu rugi
Macam anjing dengan bayang
Ayam kuning buat sarang
Orang tamak selalu rugi
Macam anjing dengan bayang
Baik-baik mengirai padi
Takut mercik ke muka orang
Biar pandai menjaga diri
Takut nanti diejek orang
Takut mercik ke muka orang
Biar pandai menjaga diri
Takut nanti diejek orang
Ke hulu membuat pagar
Jangan terpotong batang durian
Cari guru tempat belajar
Supaya jangan sesal kemudian
Jangan terpotong batang durian
Cari guru tempat belajar
Supaya jangan sesal kemudian
Kumpulan Pantun Muda Mudi IV
Mari kita tanam halia
Ambil sedikit buat juadah
Usia muda jangan disia
Nanti tua sesal tak sudah
Ambil sedikit buat juadah
Usia muda jangan disia
Nanti tua sesal tak sudah
Padi muda jangan dilurut
Kalau dilurut pecah batang
Hati muda jangan diturut
Kalau diturut salah datang
Kalau dilurut pecah batang
Hati muda jangan diturut
Kalau diturut salah datang
Cuaca gelap semakin redup
Masakan boleh kembali terang
Budi bahasa amalan hidup
Barulah kekal dihormati orang
Masakan boleh kembali terang
Budi bahasa amalan hidup
Barulah kekal dihormati orang
kalau tidak karena puan
tidak bintang meninggi hari
kalau tidak karena tuan
tidak beta sampai kemari
tidak bintang meninggi hari
kalau tidak karena tuan
tidak beta sampai kemari
buah mengkudu kusangka kandis
kandis terletak dalam puan
gula madu kusangka manis
manis lagi senyummu,tuan
kandis terletak dalam puan
gula madu kusangka manis
manis lagi senyummu,tuan
dari mana datangnya kereta
kalau bukan dari stasiun balapan
dari mana datangnya cinta
kalau bukan dari kenalan
kalau bukan dari stasiun balapan
dari mana datangnya cinta
kalau bukan dari kenalan
Kayu bakar dibuat arang
Arang dibakar memanaskan diri
Jangan mudah menyalahkan orang
Cermin muka lihat sendiri
Arang dibakar memanaskan diri
Jangan mudah menyalahkan orang
Cermin muka lihat sendiri
Selasih tumbuh di tepi telaga
Selasih dimakan si anak kuda
Kasih ibu membaa ke syurga
Kasih saudara masa berada
Selasih dimakan si anak kuda
Kasih ibu membaa ke syurga
Kasih saudara masa berada
Orang Daik memacu kuda
Kuda dipacu deras sekali
Buat baik berpada-pada
Buat jahat jangan sekali
Kuda dipacu deras sekali
Buat baik berpada-pada
Buat jahat jangan sekali
ambil puan di atas batu
hendak berlayar ke benua jawa
jika tuan berkata begitu
esok hari kakanda bawa
hendak berlayar ke benua jawa
jika tuan berkata begitu
esok hari kakanda bawa
terang bulan terang kepaya
raja mesir bertenun kain
tuan dipandang bertambah caya
rasaku tidak pada yang lain
raja mesir bertenun kain
tuan dipandang bertambah caya
rasaku tidak pada yang lain
ambil puan dari merinda
pandan di jawa saya robohkan
jika tuan membawa adinda
badan dan nyawa saya serahkan
pandan di jawa saya robohkan
jika tuan membawa adinda
badan dan nyawa saya serahkan
ayam belanda terbang ke jambi
pandan di jawa diagungkan
jika kakanda nengingkar janji
badan dan nyawa menanggungkan
pandan di jawa diagungkan
jika kakanda nengingkar janji
badan dan nyawa menanggungkan
Hendak belayar ke Teluk Betong
Sambil mencuba labuhkan pukat
Bulat air kerana pembetung
Bulat manusia kerana muafakat
Sambil mencuba labuhkan pukat
Bulat air kerana pembetung
Bulat manusia kerana muafakat
Pakai baju warna biru
Pergi ke sekolah pukul satu
Murid sentiasa hormatkan guru
Kerana guru pembekal ilmu
Pergi ke sekolah pukul satu
Murid sentiasa hormatkan guru
Kerana guru pembekal ilmu
Lagu bernama serampang laut
Ditiup angin dari Selatan
Layar dikembang kemudi dipaut
Kalau tak laju binasa badan
Ditiup angin dari Selatan
Layar dikembang kemudi dipaut
Kalau tak laju binasa badan
Padi segemal kepuk di hulu
Sirih di hilir merekap junjungan
Kepalang duduk menuntut ilmu
Pasir sebutir jadikan intan.
Sirih di hilir merekap junjungan
Kepalang duduk menuntut ilmu
Pasir sebutir jadikan intan.
Budak-budak berkejar-kejar
Rasa gembira bermain di sana
Kalau kita rajin belajar
Tentu kita akan berjaya
Rasa gembira bermain di sana
Kalau kita rajin belajar
Tentu kita akan berjaya
buat apa berkain batik
kalau tidak pakai selendang
melihat kamu berwajah cantik
hatiku jadi ingin meminang
kalau tidak pakai selendang
melihat kamu berwajah cantik
hatiku jadi ingin meminang
Navigation