- Home >
- Sejarah dan Hikayat >
- ABU NAWAS, PENDETA DAN AHLI YOGA
Posted by : Machsada
Thursday, December 11, 2014
Ada seorang Yogis (Ahli Yoga)
mengajak seorang Pendeta bersekongkol akan memperdaya Abu Nawas Setelah
mereka mencapai kata sepakat, mereka berangkat menemui Abu Nawas di
kediamannya.
Ketika mereka datang Abu
Nawas sedang melakukan salat Dhuha. Setelah dipersilahkan masuk oleh
istri Abu Nawas mereka masuk dan menunggu sambil berbincang-bincang
santai.
Seusai salat Abu Nawas menyambut mereka. Abu Nawas dan para tamunya bercakap-cakap sejenak.
"Kami sebenarnya ingin
mengajak engkau melakukan pengembaraan suci. Kalau engkau tidak
keberatan bergabunglah bersama kami." kata Ahli Yoga.
"Dengan senang hati. Lalu kapan rencananya?" tanya Abu Nawas polos.
"Besok pagi." kata Pendeta.
"Baiklah kalau begitu kita bertemu di warung teh besok." kata Abu Nawas menyanggupi.
Hari berikutnya mereka
berangkat bersama. Abu Nawas mengenakan jubah seorang Sufi. Ahli Yoga
dan Pendeta memakai seragam keagamaan mereka masing-masing. Di tengah
jalan mereka mulai diserang rasa lapar karena mereka memang sengaja
tidak membawa bekal.
"Hai Abu Nawas,
bagaimana kalau engkau saja yang mengumpulkan derma guna membeli makanan
untuk kita bertiga. Karena kami akan mengadakan kebaktian." kata
Pendeta. Tanpa banyak bicara Abu Nawas berangkat mencari dan
mengumpulkan derma dari dusun satu ke dusun lain. Setelah derma
terkumpul, Abu Nawas membeli makanan yang cukup untuk tiga orang. Abu
Nawas kembali ke Pendeta dan Ahli Yoga dengan membawa makanan. Karena
sudah tak sanggup menahan rasa lapar Abu Nawas berkata, "Mari segera
kita bagi makanan ini sekarang juga."
"Jangan sekarang. Kami sedang berpuasa." kata Ahli Yoga.
"Tetapi aku hanya
menginginkan bagianku saja sedangkan bagian kalian terserah pada
kalian." kata Abu Nawas menawarkan jalan keluar.
"Aku tidak setuju. Kita harus seiring seirama dalam berbuat apa pun:" kata Pendeta.
"Betul aku pun tidak setuju karena waktu makanku besok pagi. Besok pagi aku baru akan berbuka." kata Ahli Yoga.
"Bukankah aku yang
engkau jadikan alat pencari derma Dan derma itu sekarang telah kutukar
dengan makanan ini. Sekarang kalian tidak mengijinkan aku mengambil
bagian sendiri. Itu tidak masuk akal." kata Abu Nawas mulai merasa
jengkel. Namun begitu Pendeta dan Ahli Yoga tetap bersikeras tidak
mengijinkan Abu Nawas mengambil bagian yang menjadi haknya.
Abu Nawas penasaran. la
mencoba sekali lagi meyakinkan kawan-kawannya agar mengijinkan ia
memakan bagianya. Tetapi mereka tetap saja menolak.
Abu Nawas benar-benar merasa jengkel dan marah. Namun Abu Nawas tidak memperlihatkan sedikit pun kejengkelan dan kemarahannya.
"Bagaimana kalau kita mengadakan perjanjian." kata Pendeta kepada Abu Nawas.
"Perjanjian apa?" tanya Abu Nawas.
"Kita adakan lomba.
Barangsiapa di antara kita bermimpi paling indah maka ia akan mendapat
bagian yang terbanyak yang kedua lebih sedikit dan yang terburuk akan
mendapat paling sedikit." Pendeta itu menjelaskan.
Abu Nawas setuju. la tidak memberi komentar apa-apa.
Malam semakin larut.
Embun mulai turun ke bumi. Pendeta dan Ahli Yoga mengantuk dan tidur.
Abu Nawas tidak bisa tidur. la hanya berpura-pura tidur. Setelah merasa
yakin kawan-kawannya sudah terlelap Abu Nawas menghampiri makanan itu.
Tanpa berpikir dua kali Abu Nawas memakan habis makanan itu
hinggatidak tersisa sedikit pun. Setelah merasa kekenyangan Abu Nawas baru bisa tidur.
Keesokan hari mereka
bangun hampir bersamaan. Ahli Yoga dengan wajah berseri-seri bercerita,
"Tadi malam aku bermimpi memasuki sebuah taman yang mirip sekali dengan
Nirvana. Aku merasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya
dalam hidup ini."
Pendeta mengatakan bahwa
mimpi Ahli Yoga benar-benar menakjubkan. Betulbetul luar biasa.
Kemudian giliran Pendeta menceritakan mimpinya.
"Aku seolah-olah
menembus ruang dan waktu. Dan temyata memang benar. Aku secara tidak
sengaja berhasil menyusup ke masa silam dimana pendiri agamaku hidup.
Aku bertemu dengan beliau dan yang lebih membahagiakan adalah aku
diberkatinya."
Ahli Yoga juga memuji-muji kehebatan mimpi Pendeta, Abu Nawas hanya diam. la bahkan tidak merasa tertarik sedikitpun.
Karena Abu Nawas belum juga buka mulut, Pendeta dai Ahli Yoga mulai tidak sabar untuk tidak menanyakan mimpi Abu Nawas.
"Kalian tentu tahu Nabi
Daud alaihissalam. Beliau adalah seorang nabi yang ahli berpuasa. Tadi
malam aku bermimpi berbincang-bincang dengan beliau. Beliau menanyakan
apakah aku berpuasa atau tidak. Aku katakan aku berpuasa karena aku
memang tidak makan sejak dini hari Kemudian beliau menyuruhku segera berbuka
karena hari sudah malam. Tentu saja aku tidak berani mengabaikan
perintah beliau. Aku segera bangun dari tidur dan langsung menghabiskan
makanan itu." kata Abu Nawas tanpa perasaa bersalah secuil pun.
Sambil menahan rasa lapar yang menyayat-nyayat Pendeta dan Ahli Yoga saling berpandangan satu sama lain.
Kejengkelan Abu Nawas terobati.
Kini mereka sadar bahwa tidak ada gunanya coba-coba mempermainkan Abu Nawas, pasti hanya akan mendapat celaka sendiri. ( kabarislam.com )