- Home >
- Sejarah dan Hikayat >
- HIKAYAT RAJA MEUDEUHAK
Posted by : Machsada
Wednesday, December 10, 2014
Adapun ringkasan cerita hikayat ini adalah sebagai
berikut:
Bermula dari seorang raja di
negeri Wutu bernama Sultan Wadihara yang mempunyai seorang kadi bernama
Bangka Sakti. Kadi ini mempunyai istri yang bernama Rakna Kasan. Dari
perkawinannya tersebut lahirlah seorang putra yang diberi nama
Meudeuhak. Sejak kecil Meudeuhak telah memperlihatkan kecerdasannya. Hal
ini terbukti dengan mampu menyelesaikan beberapa perkara dengan
bijaksana; diantaranya Si Bangkok dengan pencuri, dua orang ibu
memperebutkan anak, dan setan mencuri pedati.
Pada umur tujuh tahun
kepintarannya diuji oleh raja dan empat orang guru ahli. Meudeuhak dapat
menjawab semua persoalan yang diajukan dengan benar. Suatu ketika raja
meminta Meudeuhak untuk memindahkan gunung ke istana. Dengan
kecerdasannya ia menyang¬gupi permintaan raja tersebut, asalkan raja
bisa menyediakan tali yang kuat untuk menarik gunung. Setelah melihat
kecerdasan Meudeuhak, maka raja mengangkatnya menjadi penasihat pribadi.
Hal ini membuat keempat orang guru menjadi iri, dan selalu berusaha
untuk menjatuhkan Meudeuhak, namun selalu gagal berkat kecerdikannya.
Kaseumi Diwi ditinggalkan oleh suaminya yang jahat, lalu dijadikan istri
oleh Raja Wadiharah. Sedangkan Meudeuhak menyunting gadis yang bernama
Amrak. Keempat guru tersebut terus menyebarkan fitnah, namun berkat
kecerdikan Amrak dapat dibuktikan Meudeuhak tidak bersalah. Akhirnya
keempat guru tersebut dihukum oleh raja. Raja Wadihirah diuji oleh jin
yang menjelma menjadi seorang laki-laki bernama Diwatu. Dengan bantuan
Meudeuhak semua pertanyaan Diwatu dapat dijawab dengan benar oleh raja.
Diwatu menyarankan seorang raja bisa bermega-mega apabila mempunyai
orang tua yang bijaksana sebagai penasihat, seorang hartawan sebagai
teman dekat, dan raja harus cinta kepada alim ulama. Akhirnya semua
urusan pemerintahan diserahkan raja kepada Meudeuhak. Negeri pun menjadi
makmur dan maju.
Pada akhir hikayat ini
diceritakan Raja Sumbang Hiran yang kalah berperang dengan Meudeuhak
mengatur siasat baru. Raja Wadiharah dipancing dengan gadis-gadis cantik
dan putrinya yang bernama Rak Keubandi. Raja Wadiharah pun tertarik
terhadap Rak Keubandi. Maka raja pergi ke negeri Panca Lara, namun Raja
Sumbang Hiran sudah merencanakan pembunuhan, tetapi diketahui dan
digagalkan oleh Meudeuhak. Akhirnya raja selamat dan dapat mempersunting
Rak Keubandi. Raja Sumbang Hiran pun menyerah dan dinasihati oleh
Meudeuhak. Pemerintahan negeri Panca Larah diserahkan kepada Meudeuhak,
kemudian diatur sebagai mana mestinya. Setelah itu, Meudeuhak dan Raja
Wadiharah pulang ke negeri Wutu. (Ensiklopedi Aceh)
hikayat Kearifan
Dikisahkan ada seorang
perempuan muda pergi bermain ke sebuah padang. Perempuan muda itu
membawa seorang bayi laki-laki. Ketika sampai di sebuah kolam, bayi itu
diletakkan di pinggir kolam lalu ia menimba air. Sementara itu datang
seorang perempuan cantik seusia dengan perempuan muda tadi. Perempuan
cantik itu mengambil bayi lalu membawa pergi. Melihat bayinya dibawa
pergi, perempuan muda itu mengejar karena ingin mengambil bayinya.
Sambil bertanya kenapa bayinya dibawa. Namun wanita cantik itu
mengatakan bahwa bayi itu adalah anaknya. Pertengkaran antara kedua
perempuan itu semakin meruncing karena saling mengaku bayi yang satu itu
anak mereka. Akhirnya orang-orang meminta kedua perempuan itu membawa
persoalannya ke Meudeuhak.
Dihadapan
Meudeuhak kedua perempuan itu menjelaskan bahwa bayi yang satu adalah
anak mereka. Kedua perempuan itu meminta agar Meudeuhak dapat memutuskan
secara adil.
Meudeuhak mulai bertanya kepada
perempuan cantik itu, anak siapakah bayi itu. Ini segera dijawab dan ia
menjelaskan bahwa bayi itu adalah anaknya.
Kemudian Meudeuhak bertanya pula
kepada perempuan muda itu bayi itu sebenarnya anak siapa. Perempuan
muda itupun menjawab bahwa bayi itulah adalah anaknya. Orang-orang yang
mendengar merasa heran; dua orang perempuan mengaku anak pada seorang
bayi.
Meudeuhak mulai berpikir.
Seorang anak dua ibunya. Tak lama kemudian Meudeuhak menemukan
cara. Bayi itu diletakkan pada sebuah tempat. Kedua perempuan yang
mengaku ibu bayi disuruh berjalan yang satu ke timur yang satu ke barat
dengan jarak masing-masing 100 depa. Ketika gong yang dipalu nanti
berbunyi keduanya berlari adu cepat untuk mendapatkan si bayi. Siapa
yang lebih cepat dialah ibu bayi itu.
Cara seperti ini disetujui oleh
kedua perempuan itu dan mulailah dilaksanakan. Gong dibunyikan dan kedua
perempuan berlari cepat mendapatkan si bayi. Perempuan cantik itu
sangat cepat larinya segera mengambil bayi dan menggendongnya. Perempuan
muda terlambat namun mengejar ingin merebut si bayi. Nampaklah kedua
perempuan itu saling berebut bayi. Melihat kejadian itu Meudeuhak
mencegah. Lalu Meudeuhak meminta agar bayi diberikan padanya. Sambil
berkata:
Siblah sapo ta meutueng-tueng
Bah meubulueung jinoe sigra
(Ambil oleh kalian masing-masing sebelah
Biar kubelah sekarang juga)
Mendengar
usul itu perempuan cantik segera setuju. Sedang perempuan muda tidak.
Perempuan muda itu berucap: (terjemahan T.A.Sakti)
Aneuk diulon teu bek taplahDiulon sah nyo aneukdaTajot keujih nyang ban sabohBek cit tapoh aneuk hamba(Anakku jangan tuan belahDia sungguh anakku sendiriBerikan saja untuk diaJangan di bunuh anak hamba)
Lalu
perempuan muda itu berserah diri pada Tuhan. Mendengar tutur kata
perempuan muda itu, Meudeuhak percaya bahwa benarlah ia ibu bayi itu.
Dan tak mungkin bayi itu anak perempuan cantik yang tak punya kasih
sayang sehingga rela anaknya dibelah. Hewan saja tidak akan memangsa
anaknya.
Sementara itu perempuan cantik
masih bersitegang mengaku dialah ibu bayi itu. Bukankah sesuai aturan
perjanjian yang menye¬butkan siapa yang duluan mendapatkan anak dialah
ibu sang bayi. Mengapa memungkiri perjanjian itu.
Meudeuhak menyebutkan perempuan
cantik itu jelmaan setan oleh karena itu ia cepat berlari. Setan juga
suka mengacau dan suka bersilat lidah. Lalu Meudeuhak memerintahkan
setan perempuan cantik itu pergi dan jangan mengganggu dan mengkhianati
manusia lagi. Setelah disumpah ia pun pergi.
Masih banyak kearifan lokal yang
dapat ditemukan dalam hikayat Meudeuhak yang terdiri dari 2600 bait
itu. Coba kita ikuti satu kisah lainnya lagi.
Raja memerintahkan kepada
seorang bujang membawa sepotong kayu. Kayu itu disampaikan kepada
Meudeuhak dan minta ditentukan mana yang ujung dan mana yang pangkal.
Bila jawaban Meudeuhak salah ia akan didenda dengan membayar 1000 dinar.
Bujang cepat pergi menemui
Meudeuhak dengan penuh rasa takut. Bagamana tidak takut kayu itu diraut
sama besar pangkal dan ujung sehingga sukar ditebak. Dengan rasa takut
yang amat sangat karena kawatir Meudeuhak tak bisa menjawab dan harus
membayar mahal kayu itu dibawa ke Meudeuhak. Sambil memberikan kayu,
disampaikan pertanyaan Raja kepada Meudeuhak. (terjemahan T.A. Sakti)
Ujong ngon uram ta peumeuriMeueng han tabri siribee dinaMasa neukheuen Sakeuti neumoeMeuteu taloe ro ie mata(Yang mana pangkal yang mana ujungJika tidak harus kita bayar 1000 dinarBerkati sakti sambil menangisBercucuran air matanya)
Meudeuhak
memperhatikan kayu dan mengatakan, janganlah kita gundah, nanti Allah
akan menolong. Dimasukkan kayu ke dalam air nanti akan nampak mana ujung
dan mana pangkal. Yang tenggelam adalah pangkal dan yang timbul adalah
ujung. Lalu kayu itu diberi tanda. Bujang menghadap raja dan
menyampaikan jawaban yang diberikan Meudeuhak. Mendengar jawaban
Meudeuhak yang tepat Raja terkagum-kagum.
Kearifan lokal diatas dapat kita
lihat yang pertama menyentuh batin manusia sedang yang kedua menguji
akal pikiran. Semakin banyak kearifan lokal kita temukan niscaya semakin
kenal kita betapa nenek moyang telah membekali kita dengan kearifan
yang diwariskan yang tersimpan dalam berbagai bentuk budaya. Tinggal
lagi bagaimana upaya kita memungutnya.