- Home >
- Cerita Hikmah dan Karomah , Sejarah dan Hikayat >
- ABU NAWAS MEMBALAS PENCURI
Posted by : Machsada
Wednesday, December 10, 2014
Karena
sangat membutuhkan uang, Abu Nawas akhirnya memutuskan untuk menjual
keledai kesayangannya. Keledai itu merupakan kendaraan Abu Nawas
satu-satunya. Sebenarnya ia tidak tega untuk menjualnya. Tetapi keluarga
Abu Nawas amat membutuhkan uang. Dan istrinya setuju.
Keesokan harinya Abu
Nawas membawa keledai ke pasar. Abu Nawas tidak tahu kalau ada
sekelompok pencuri yang terdiri dari empat orang telah mengetahui
keadaan dan rencana Abu Nawas. Mereka sepakat akan memperdaya AbuNawas.
Rencana pun mulai mereka susun.
Ketika Abu Nawas beristirahat di bawah pohon, salah seorang mendekat dan berkata,
"Apakah engkau akan menjual kambingmu?"
Tentu saja Abu Nawas terperanjat mendengar pertanyaan yang begitu tiba-tiba.
"Ini bukan kambing." kata Abu Nawas.
"Kalau bukan kambing, lalu apa?" tanya pencuri itu selanjutnya.
"Keledai." kata Abu Nawas.
"Kalau engkau yakin itu keledai, jual saja ke pasar dan dan tanyakan pada mereka." kata komplotan pencuri itu sambil berlalu. Abu Nawas tidak terpengaruh. Kemudian ia meneruskan perjalanannya.
Ketika Abu Nawas sedang menunggang keledai, pencuri kedua menghampirinya dan berkata."Mengapa kau menunggang kambing."
"Ini bukan kambing tapi keledai."
"Kalau itu keledai aku tidak bertanya seperti itu, dasar orang aneh. Kambing kok dikatakan keledai."
"Kalau ini kambing' aku tidak akan menungganginya." jawab Abu Nawas tanpa ragu.
"Kalau engkau tidak percaya, pergilah ke pasar dan tanyakan pada orang-orang di sana." kata pencuri kedua sambil berlalu.
Abu Nawas belum terpengaruh dan ia tetap berjalan menuju pasar.
Pencuri ketiga datang menghampiri Abu Nawas,"Hai Abu Nawas akan kau bawa
ke mana kambing itu?"
Kali ini Abu Nawas tidak segera menjawab.la mulai ragu, sudah tiga orang mengatakan kalau hewan yang dibawanya adalah kambing.
Pencuri ketiga tidak menyia-nyiakan kesempatan. la makin merecoki otak Abu Nawas, "Sudahlah, biarpun kau bersikeras hewan itu adalah keledai nyatanya itu adalah kambing, kambing ....... kambiiiiiing !"
Abu Nawas berhenti sejenak untuk beristirahat di bawah pohon.
Pencuri keempat
melaksanakan strategi busuknya. la duduk di samping Abu Nawas dan
mengajak tokoh cerdik ini untuk berbincang-bincang.
"Ahaa, bagus sekali kambingmu ini...!" pencuri keempat membuka percakapan.
"Kau juga yakin ini kambing?" tanya Abu Nawas.
"Lho? ya jelas sekali kalau hewan ini adalah kambing. Kalau boleh aku ingin membelinya."
"Berapa kau mau membayarnya?"
"Tiga dirham!"
Abu Nawas setuju. Setelah menerima uang dari pencuri keempat kemudian Abu Nawas langsung pulang. Setiba di rumah Abu Nawas dimarahi istrinya.
"Jadi keledai itu hanya engkau jual tiga dirham lantaran mereka mengatakan bahwa keledai itu kambing?" Abu Nawas tidak bisa menjawab. la hanya mendengarkan ocehan istrinya dengan setia sambil menahan rasa dongkol.
Kini ia baru menyadari kalau sudah diperdayai oleh komplotan pencuri yang
menggoyahkan akal sehatnya.
Abu Nawas merencanakan
sesuatu. la pergi ke hutan mencari sebatang kayu untuk dijadikan sebuah
tongkat yang nantinya bisa menghasilkan uang..
Rencana Abu Nawas
ternyata berjalan lancar. Hampir semua orang membicarakan keajaiban
tongkat Abu Nawas. Berita ini juga terdengar oleh para pencuri yang
telah menipu Abu Nawas. Mereka langsung tertarik. Bahkan mereka melihat
sendiri ketika Abu Nawas membeli barang atau makan tanpa membayar tetapi
hanya dengan mengacungkan tongkatnya. Mereka berpikir kalau tongkat itu
bisa dibeli maka tentu mereka akan kaya karena hanya dengan
mengacungkan tongkat itu mereka akan mendapatkan apa yang mereka
inginkan.
Akhirnya mereka mendekati Abu Nawas dan berkata, "Apakah tongkatmu akan dijual?"
"Tidak." jawab Abu Nawas dengan cuek.
"Tetapi kami bersedia membeli dengan harga yang amat tinggi." kata mereka.
"Berapa?" kata Abu Nawas pura-pura merasa tertarik.
"Seratus dinar uang emas." kata mereka tanpa ragu-ragu.
"Tetapi tongkat ini adalah tongkat wasiat satu-satunya yang aku miliki." kata Abu Nawas sambil tetap berpura-pura tidak ingin menjual tongkatnya.
"Dengan uang seratus dinar engkau sudah bisa hidup enak." Kata mereka makin penasaran.
Abu Nawas diam beberapa saat sepertinya merasa keberatan sekali.
"Baiklah kalau begitu." kata Abu Nawas kemudian sambil menyerahkan tongkatnya.
Setelah menerima seratus dinar uang emas Abu Nawas segera melesat pulang.
Para pencuri itu segera
mencari warung terdekat untuk membuktikan keajaiban tongkat yang baru
mereka beli. Seusai makan mereka mengacungkan tongkat itu kepada pemilik
kedai. Tentu saja pemilik kedai marah.
"Apa maksudmu
mengacungkan tongkat itu padaku?" "Bukankah Abu Nawas juga mengacungkan
tongkat ini dan engkau membebaskannya?" tanya para pencuri itu.
"Benar. Tetapi engkau harus tahu bahwa Abu Nawas menitipkan sejumlah uang kepadaku sebelum makan di sini!"
"Gila! Ternyata kita tidak mendapat keuntungan sama sekali menipu Abu Nawas. Kita malah rugi besar!" umpat para pencuri dengan rasa dongkol. ( ahadan.blogspot.com )