- Home >
- Info dan Pengetahuan >
- KONTROVERSI PERINGATAN NATAL DIKALANGAN UMAT KRISTIANI
Natal 25 Desember adalah perayaan yang dilakukan setiap tahun
oleh jemaat Kristiani dalam memperingati hari kelahiran Yesus Kristus,
dimana dalam keyakinan Kristen kelahiran Yesus jatuh pada tanggal 25
Desember. Namun, pada dasarnya perintah untuk menyelenggarakan Natal
tidak terdapat dalam Bible dan Yesus sendiri tidak pernah memberikan
contoh ataupun memerintahkan pada murid-muridnya untuk merayakan
peringatan kelahirannya.
Perayaan Natal yang diselenggarakan oleh
umat Kristen ini dicetuskan Gereja Katolik Roma kepada seluruh umat
Kristiani di dunia. Timbul pertanyaan, dari manakah mereka mendapatkan
ajaran dan inisiatif perayaan tersebut? Sebab Natal yang diyakini hari
kelahiran Yesus itu tidak pernah disinggung dalam Bible baik perayaan
maupun tanggal perayaannya.
Sejarah Natal
Kata "Natal" berasal dari bahasa Latin yang berarti "lahir",
dalam Kekristenan diyakini merupakan hari kelahiran Yesus. Perayaan
Natal baru masuk dalam ajaran Kristen Katolik pada abad ke-4 M.
Peringatan ini berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala,
dimana kita ketahui bahwa abad ke-1 sampai abad ke-4 M dunia masih
dikuasai oleh imperium Romawi yang paganis politheisme. Diyakini
peringatan Natal baru tercetus antara tahun 325-354 oleh Paus Liberius,
yang ditetapkan tanggal 25 Desember. Sekaligus menjadi momentum
penyembahan Dewa Matahari yang kadang juga diperingati pada tanggal 6 Januari, 18 Oktober, 28 April atau 18 Mei. Oleh Kaisar Konstantin, tanggal 25 Desember tersebut akhirnya disahkan sebagai hari kelahiran Yesus (Natal).
Ketika
Konstantin dan rakyat Romawi menjadi penganut agama Katolik, mereka
tidak mampu meninggalkan adat atau budaya pagannya. Apalagi terhadap
pesta rakyat untuk memperingati Sunday (Hari Matahari) yaitu kelahiran Dewa Matahari. Maka supaya agama Katolik bisa diterima dalam kehidupan masyarakat Romawi kala itu, diadakanlah sinkretisme (perpaduan agama dan budaya) dengan cara menyatukan perayaan kelahiran Sun of God (Dewa Matahari) dengan kelahiran Son of God (Anak Tuhan = Yesus Kristus).
Hasil dan efek dari sinkretisme ini memutuskan:
- Pertama, hari kelahiran Dewa Matahari Roma yaitu hari Minggu (Sunday) dijadikan pengganti hari Sabat Kristen yang menurut hitungan daliliah jatuh pada hari Sabtu.
- Kedua, tanggal kelahiran Dewa Matahari yaitu 25 Desember menjadi tanggal kelahiran Yesus dengan istilah dies natalis.
- Ketiga, lambang Dewa Matahari yakni Silang Cahaya (Salib) dijadikan lambang Kristen.
- Keempat, patung-patung Yesus dibuat untuk menggantikan posisi patung Dewa Matahari.
- Kelima, menggabungkan semua upacara yang dilakukan pada perayaan kelahiran Dewa Matahari kedalam ritual agama Kristen.
Maka pada Konsili Nicea tahun 325, Konstantin memutuskan dan menetapkan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus. Sesudah Kaisar Konstantin memeluk agama Katolik pada abad ke-4 M, rakyat yang masih memeluk kepercayaan paganisme politheis beramai-ramai ikut memeluk agama Katolik. Inilah prestasi gemilang yang dihasilkan proses sinkretisme oleh Kaisar Konstantin antara agama Gereja dengan agama nenek moyang, yaitu Kristen dengan Paganisme. Istilahnya mereka meninggalkan kepercayaan pagan yang lama untuk memeluk kepercayaan pagan yang baru atau telah diperbaharui.
Demikian asal-usul Natal (Christmas) yang dilestarikan oleh orang-orang Kristen di seluruh dunia sampai sekarang. Perayaan yang masuk dalam ajaran Gereja pada abad ke-4 M ini berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala. Origen mengatakan: "Hanya bangsa pagan yang merayakan hari kelahiran pemimpin mereka.".
Natal 25 Desember
Telah kita ketahui Gereja merayakan Natal 25 Desember yang dialamatkan pada kelahiran Yesus atas inisiatif Kaisar Konstantin setelah melakukukan sinkretisme antara ajaran Kristen dengan budaya pagan yang dimilikinya. Lantas darimana masyarakat Romawi mendapatkan ajaran tentang perayaan kelahiran Dewa Matahari yang diperingati setiap tanggal 25 Desember?
Catatan Sejarah menunjukkan kepercayaan paganisme yang dianut oleh bangsa Babilonia kuno pada masa kekuasaan Raja Nimrod (Namrud) telah memulai banyak ritual-ritual penyembahan dan pengkultusan yang sekarang akrab dipraktekkan oleh umat Kristen. Putaran zaman menyatakan bahwa penyembahan berhala versi Babilonia ini identik dengan konsep mesiah yang diyakini Kristen hari ini. Dewa 13a-al, anak Dewa Matahari dengan obyek penyembahan ibu dan anak (Semiramis dan Namrud), serta kelahiran kembali.
Ajaran tersebut menjalar ke negara lain dan diadopsi berbagai negara penganut adat pagan dan penyembahan terhadap berhala: Di Mesir berupa Isis dan Osiris, di Asia bernama Cybele dan Deoius, di Roma disebut Fortuna dan Yupiter, bahkan di Yunani. Kwan Im di Cina, Jepang, dan Tibet. Di India, Persia, Afrika, Eropa, dan Meksiko juga ditemukan adat pemujaan terhadap Dewa Madonna dan lain sebagainya.
Dewa-dewa ini dimitoskan lahir pada tanggal 25 Desember, dilahirkan oleh gadis perawan, mengalami kematian dan dipercaya sebagai juru selamat (penebus dosa). Dewa Mithras di Iran contohnya, diyakini dilahirkan dalam sebuah gua dan mempunyai 12 orang murid. Dia juga disebut sebagai Sang Penyelamat (Mesias), ia mengalami kematian, dikuburkan, tapi bangkit kembali. Kepercayaan ini menjalar hingga ke Eropa dan Konstantin termasuk salah seorang pengagum sekaligus penganut kepercayaan ini.
Mitos dari dewa-dewa berikut banyak mempengaruhi konsep dogma Kekristenan dewasa ini:
1. Apollo, yang terkenal memiliki 12 jasa dan menguasai 12 bintang/planet.
2. Hercules, yang terkenal sebagai pahlawan perang tak tertandingi.
3. Ba-al, yang disembah orang-orang Israel adalah dewa penduduk asli tanah Kana'an yang terkenal juga sebagai dewa kesuburan.
4. Dewa Ra, sembahan orang-orang Mesir kuno. Kepercayaan ini menyebar hingga ke Romawi dan diperingati secara besar-besaran dan dijadikan sebagai pesta rakyat.
Demikian juga Serapsis, Attis, Isis, Horus, Adonis, Bacchus, Krisna, Osiris, Syamas, Kybele dan lain-lain. Selain itu ada lagi tokoh pahlawan pada suatu bangsa yang oleh mereka diyakini dilahirkan oleh perawan, antara lain Zorates (Persia) dan Fo Hi (Cina). Demikian pula pahlawan-pahlawan Helenisme yaitu Agis, Celomenes, Eunus, Soluius, Aristonicus, Tibarius, Grocecus, Yupiter, Minersa, Easter.
Dewa pagan Buddha dipercaya lahir pada 25 Desember ketika Roh Kudus turun pada ibunya yang masih perawan, Maya. Mesias terbesar dan dewa orang-orang Persia yaitu Mithras, dipercaya lahir pada tanggal 25 Desember jauh sebelum kedatangan Yesus. Orang-orang Mesir merayakan 25 Desember sebagai kelahiran mesias terbesar mereka bernama Horus, dewa cahaya dan anak dari perawan ratu surga, Isis. Osiris, dewa kematian dan bawah tanah di Mesir juga dipercaya lahir pada tanggal 25 Desember dan anak perawan suci.
Orang-orang Yunani merayakan 25 Desember sebagai hari Hercules, putra dewa tertinggi Yunani yaitu Zeus yang lahir dari rahim perempuan biasa bernama Alcmene. Bacchus, dewa anggur dan pesta diantara orang-orang Roma (juga dikenal oleh orang-orang pagan Yunani dengan nama Dionysus) juga terlahir pada tanggal 25 Desember. Orang-orang Skandinavia merayakan 25 Desember sebagai hari kelahiran Dewa Freyr, anak dewa tertinggi bernama Odin.
Adonis, yang dipuja oleh orang-orang pagan Yunani sebagai dewa kematian dan kebangkitan, lahir tanggal 25 Desember. Para penyembahnya merayakan perayaan tahunan yang mencerminkan kehidupan Adonis dari kematian sampai kebangkitan di tengah musim panas. Perayaan hari kelahiran ini direkam dan mengambil tempat di gua yang sama di Bethlehem yang juga diklaim oleh orang-orang Kristen sebagai tempat kelahiran Yesus.
Orang-orang Romawi merayakan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Dewa Matahari, Natalis Solis Invicti (Kelahiran Sol Yang Tak Terkalahkan). Pada tanggal 25 Desember, orang-orang Romawi merayakan dan menutup semua toko-toko mereka. Ingatlah bahwa orang-orang Romawi inilah yang kemudian hari memimpin Konsili Nicea (325 M) untuk mengakui doktrin resmi agama Kristen yaitu Trinitas sebagai konsep Tuhan yang benar, dan adalah fakta juga bahwa orang-orang pagan Romawi inilah yang kemudian menetapkan hari kelahiran Yesus jatuh pada tanggal 25 Desember. Kaisar Konstantin Agung sendiri pemimpin Konsili Nicea dianggap sebagai perwujudan atau inkarnasi dari dewa tertinggi Romawi yaitu Dewa Matahari.
Edward Gibbon berkata: “Orang-orang Kristen Romawi, mengabaikan kelahiran beliau (Yesus), menetapkan secara sungguh-sungguh perayaan 25 Desember, Brumalia, atau Winter Solistice, ketika setiap tahun orang-orang Pagan merayakan kelahiran Sol.” (Decline and Fall of the Roman Empire, vol. ii, Gibbon, hal. 383)
Sebagaimana telah kita simak diatas, berbagai sekte agama pagan menyembah matahari sebagai berhala mereka dan memilih hari winter solstice (25 Desember) sebagai hari kelahiran dewa dan berhala mereka. Winter solstice (titik balik matahari musim dingin) adalah waktu ketika posisi matahari berada pada titik terjauh dari bumi. Hal ini terjadi pada hari dengan waktu siang terpendek dan malam terpanjang dalam setahun. Kejadian ini hanya berlangsung beberapa saat dalam kurun waktu tertentu, biasanya bertepatan dengan hari pertama musim dingin. Kemunculan ini akan berlanjut hingga siang dan malam sama panjangnya. Pada poin ini, dimitoskan Dewa Matahari akan muncul menjauhkan diri dengan "pangeran kegelapan". Ini akan terjadi pada saat vernal equinox atau Paskah.
Jadi, konsep bahwa Tuhan itu dilahirkan oleh seorang perawan pada tanggal 25 Desember, dibunuh kemudian dibangkitkan, sudah ada sejak zaman purba. Kepercayaan pagan inilah yang berusaha dikaitkan dengan konsep tentang Yesus Kristus. Dogma agama bahwa Yesus adalah anak Tuhan dan bahwa Tuhan mempunyai tiga pribadi, dengan sangat mudahnya diterima oleh kalangan masyarakat Romawi karena mereka telah memiliki konsep itu sebelumnya. Mereka tinggal mengubah nama-nama dewa identik dengan Yesus.
Sejarah Pohon Natal
Sudah menjadi pemandangan biasa disetiap perayaan Natal terdapat dekorasi Pohon Natal yang umumnya dari pohon cemara yang diberikan berbagai hiasan dan pernak-pernik. Kebiasaan memasang pohon Natal sebagai dekorasi dimulai dari Jerman. Pemasangan pohon Natal yang umumnya dari pohon cemara atau mengadaptasi bentuk pohon cemara itu dimulai pada abad ke-16. Hingga hari ini pemasangan Pohon Natal masih menimbulkan pro dan kontra di kalangan umat Kristen. Banyak aliran-aliran gereja tertentu yang mengharamkan tradisi pohon Natal, sebab mereka menganggap ini sebagai bagian pemujaan Dewa Matahari. Pemasangan pohon itu dianggap sebagai bentuk penyembahan berhala. Reaksi penolakan itu bahkan awalnya sempat diwarnai keputusan pemerintah Jerman untuk mendenda siapa pun yang memasang pohon cemara menjadi pohon Natal.
Dikisahkan bahwa pada zaman dahulu bangsa Romawi menggunakan pohon cemara untuk perayaan Saturnalia, mereka menghiasinya dengan hiasan-hiasan kecil dan topeng-topeng kecil, karena pada tanggal 25 Desember ini adalah hari kelahiran Dewa Matahari, Mithras. Demikian pula hari Minggu adalah hari untuk menyembah Dewa Matahari sesuai dari arti kata Zondag, Sunday, atau Sonntag.
Herbert W. Armstrong, dalam bukunya menjelaskan: "Namrud cucu Ham. Anak nabi Nuh adalah pendiri sistem kehidupan masyarakat Babilonia kuno. Nama Nirod dalam bahasa Hebrew (Ibrani) berasal dari kota "Marad" yang artinya: "Dia membangkang atau Murtad" antara lain dengan keberaniannya mengawini ibu kandungnya sendiri bernama "Semiramis". Namun usia Namrud tidak sepanjang ibu sekaligus istrinya. Maka setelah Namrud mati Semiramis menyebarkan ajaran, bahwa roh Namrud tetap hidup selamanya, walaupun jasadnya telah mati. Maka dibuatlah olehnya perumpamaan pohon "Evergreen" yang tumbuh dari sebatang kayu mati. Maka untuk memperingati kelahirannya dinyatakan bahwa Namrud selalu hadir di pohon Evergreen dan meninggalkan bingkisan yang digantungkan di ranting-ranting pohon itu. Sedangkan kelahiran Namrud dinyatakan tanggal 25 Desember. Inilah asal-usul pohon Natal. Lebih lanjut Semiramis dianggap sebagai "Ratu Langit" oleh rakyat Babilonia, kemudian Namrud dipuja sebagai "anak suci dari surga"." (The Plain Truth About Christmas, Worldwide Church of God, California USA, 1994)
Lebih jauh Bible sendiri mengutuk penggunaan pohon Natal:
Yeremia 10:2-5
10:3 Sebab yang disegani bangsa-bangsa adalah kesia-siaan. Bukankah berhala itu pohon kayu yang ditebang orang dari hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tangan tukang kayu?
10:4 Orang memperindahnya dengan emas dan perak; orang memperkuatnya dengan paku dan palu, supaya jangan goyang.
10:5 Berhala itu sama seperti orang-orangan di kebun mentimun, tidak dapat berbicara; orang harus mengangkatnya, sebab tidak dapat melangkah. Janganlah takut kepadanya, sebab berhala itu tidak dapat berbuat jahat, dan berbuat baik pun tidak dapat."
Dalam ayat Yeremia diatas dikatakan bahwa pohon Natal merupakan berhala bangsa kesia-siaan. Jadi, Bible sendiri dengan tegas mengutuk keras pembuatan pohon Natal.
Perayaan Natal telah menggabungkan banyak sekali unsur paganisme, seperti penggunaan holly (sejenis pohon berdaun hijau), mistletoe (nama tumbuh-tumbuhan), Yule Logs (bongkahan kayu besar untuk unggun natal), dan wassail bowls. Pohon Natal sendiri seperti yang sudah diterangkan berasal dari tradisi perayaan agama pagan kuno yang dikemudian hari diadopsi oleh Gereja dalam setiap upacara Natal. Para sarjana percaya bahwa tradisi Kristen ini aslinya berasal dari upacara keagamaan orang-orang Jerman pra-Kristen dan masyarakat Celtic dalam merayakan winter solstice. Pohon Natal yang dihiasi dengan pernak-pernik bercahaya dan dekorasi lainnya, dipercaya oleh orang-orang pagan dapat melindungi dan melawan kekuatan roh jahat.
Siapakah Santa Claus?
Kebanyakan kalangan Kristiani meyakini Santa Claus atau Sinterklas diinspirasi dari figur seorang pastur yang bernama Santo Nicolas yang hidup pada abad ke-4 M. Dalam Encyclopedia Britannica, volume 19 halaman 648-649, edisi kesebelas, berbunyi:
"St. Nicholas, adalah seorang pastur di Myra yang amat diagung-agungkan oleh orang-orang Yunani dan Latin setiap tanggal 6 Desember... Legenda ini berawal dari kebiasaannya yang suka memberikan hadiah secara sembunyi-sembunyi kepada tiga anak wanita miskin... untuk melestarikan kebiasaan lama dengan memberikan hadiah secara tersembunyi itu digabungkan ke dalam malam Natal. Akhirnya tarkaitlah antara hari Natal dan Santa Claus..."
Tapi, Walaupun Sinterklas dipercaya merupakan gambaran dari seorang uskup gereja Katolik, Paus sendiri tidak yakin akan kebenarannya karena pada kenyataannya lebih banyak dongeng atau khayalan yang dibuat mengenai Sinterklas, bahkan juga tercampur dengan berbagai kepercayaan dan budaya. Pada 1970 Vatikan menghapus dan mencoret nama Santo Nicolas dari daftar orang-orang suci. Sehingga Santa Claus maupun Santo Nicolas lebih dapat diterima sebagai dongeng daripada inspirasi dari seorang yang nyata.
Menurut konversi orang Jerman dalam Kristen, pada cerita rakyat Jerman terdapat kisah tentang Dewa Odin (Wodan), yang setiap tahun, pada masa perayaan Yule, melakukan pesta perburuan yang dibimbing oleh dewa-dewa dan prajurit yang mati dalam dunianya. Anak-anak akan menaruh sepatunya, diisi oleh wortel, jerami atau gula, di dekat cerobong asap untuk kuda terbang Odin, Sleipnir, agar kuda itu memakannya. Odin lalu akan memberi hadiah anak-anak itu untuk kebaikannya dengan mengganti makanan Sleipnir dengan hadiah atau permen [Siefker, chap. 9, esp. 171-173].