- Home >
- Syair dan pantun >
- SYAIR NASEHAT SEORANG GURU
Posted by : Machsada
Friday, January 2, 2015
SYAIR SEORANG GURU.
(Dedikasi untuk hari guru 25 November 2014)
I
Bismillah awal pembuka kata,
pada-Mu jua hamba meminta,
sambil berurai si air mata,
berharap raih ridho dan cinta.
Syairku ini curahan hati,
ingatlah selalu sampai ke mati,
simak dan resap dengan teliti,
semoga bahagia hidupmu nanti.
Syair ditulis seorang guru,
untuk anakku generasi baru,
melalui kata daku menyeru,
nasehat yang baik agar ditiru.
II
zaman berubah musim berganti,
tantangan hidup telah menanti,
jalan yang panjang akan kau titi,
dengar nasehatku sepenuh hati.
Rukun pertama menuntut ilmu,
ikhlas hati pada gurumu,
hormat dan selalu jaga sikapmu,
niscaya berkah mengiringimu.
Anakku baik anakku pintar,
rajinlah selalu engkau belajar,
ilmu dicari ibadah dikejar,
bergaul dirimu secara wajar.
III
Ilmu kedua dalam belajar,
ulangi hitungan secara sabar,
bacalah hafalan setiap lembar,
baik sosial atau aljabar.
Terhadap ilmu jangan memilih,
jangan dibeda atau dilebih,
semua kan butuh untuk dilatih,
jangan berhenti sebelum letih.
Jangan belajar cara borongan,
begadang semalam besok ulangan,
yang telah dapat kan kehilangan,
saat ujian kau kebingungan.
IV
Sadari selalu dalam dirimu,
guru tak faham segala ilmu,
kadang terlalai memperhatikanmu,
kadang tak mampu jawab tanyamu.
kami terlahir di masa lalu,
saat zamannya belumlah maju,
terhadap teknologi masihlah gagu,
ilmu terbaru juga tak tentu.
Itulah kadang guru terbatas,
jangan mengejek itu tak pantas,
berharap daku pada yang atas,
agar diberi hati yang ikhlas.
V
Hatiku sedih kala kau gagal,
bagai ditindih tembok yang tebal,
tak mungkin karena engkau yang bebal,
ataupun karena buku yang tebal.
Kalaulah memang kami yang salah,
memohon kami kepada Allah,
diberi ampun tiada dicela,
atas mengajar diberi pahala.
Wahai anakku siswa tercinta,
kuhanya mampu menguntai kata,
pada Ilahi daku meminta,
moga dirimu capai cita-cita.
VI
Anak-anakku harapan kami,
dirimu bagai bunga bersemi,
harapan ayah harapan umi,
gantikan amanah kami di bumi.
Dalam belajar jangan menyerah,
kalau tak dapat janganlah jera,
tancapkan tekad semangat membara,
panas memancar bagaikan bara.
Kalaulah engkau belajar keras,
tenagamu pasti banyak terkuras,
banyaklah makan yang dari beras,
ikan dimakan juga ayam buras.
VII
Tahukah engkau wahai anakku,
berkahnya ilmu ridho sang guru,
mintalah doa tulus dan haru,
agar mustajab doa diseru.
Dimasa lalu guru mulia,
berkilau bagaikan mutiara,
wibawa dan anggun kalau bicara,
terhormat dan didepan dalam acara.
Kalaupun zaman sudah berubah,
tetaplah guru masih didamba,
ajarkan ilmu membentuk jiwa,
berbagi amanah dengan orangtua.
VIII
Dalam belajar carilah berkah,
yang dapat karena gurunya suka,
tak pernah murid menoreh luka,
ataupun membuat guru berduka.
Syairku ini bukan mainan,
tapi kumpulan berbagai pesan,
dari sang khalik ataupun insan,
yang dapat dengan berbagai jalan.
Sungguh agama telah berkabar,
menjadi guru haruslah sabar,
kasih dan sayang dibuka lebar,
dilatih keras membuka nalar.
IX
Sebagai murid haruslah rajin,
belajar keras haruslah yakin,
ulang hafalan haruslah rutin,
jalan dilewat semakin licin.
Waktu berlalu bagaikan pedang,
kakakmu sudah banyak terpandang,
sukses didepan tinggal diundang,
asalkan jangan banyak berdendang.
Belajar keras itu biasa,
semula tidak kemudian bisa,
janganlah pernah berputus asa,
membuat masa depan binasa.
X
Syairku ini cukup dahulu,
jasadku letih tulangku ngilu,
pertnada muda telah berlalu,
hari telah petang menjelang dalu.
Pada Ilahi daku meminta,
bimbinglah muridku mencapai cita,
kasihi mereka sepenuh cinta,
jauhkan mereka dari derita.
Diakhir syair kututup salam,
karena hari semakin malam,
cekungan rabunku semakin dalam,
Ampuni hamba-Mu hai Penguasa alam.
Indralaya, 23 November 2014
Al Faqiir
Hamdi Akhsan
(Dedikasi untuk hari guru 25 November 2014)
I
Bismillah awal pembuka kata,
pada-Mu jua hamba meminta,
sambil berurai si air mata,
berharap raih ridho dan cinta.
Syairku ini curahan hati,
ingatlah selalu sampai ke mati,
simak dan resap dengan teliti,
semoga bahagia hidupmu nanti.
Syair ditulis seorang guru,
untuk anakku generasi baru,
melalui kata daku menyeru,
nasehat yang baik agar ditiru.
II
zaman berubah musim berganti,
tantangan hidup telah menanti,
jalan yang panjang akan kau titi,
dengar nasehatku sepenuh hati.
Rukun pertama menuntut ilmu,
ikhlas hati pada gurumu,
hormat dan selalu jaga sikapmu,
niscaya berkah mengiringimu.
Anakku baik anakku pintar,
rajinlah selalu engkau belajar,
ilmu dicari ibadah dikejar,
bergaul dirimu secara wajar.
III
Ilmu kedua dalam belajar,
ulangi hitungan secara sabar,
bacalah hafalan setiap lembar,
baik sosial atau aljabar.
Terhadap ilmu jangan memilih,
jangan dibeda atau dilebih,
semua kan butuh untuk dilatih,
jangan berhenti sebelum letih.
Jangan belajar cara borongan,
begadang semalam besok ulangan,
yang telah dapat kan kehilangan,
saat ujian kau kebingungan.
IV
Sadari selalu dalam dirimu,
guru tak faham segala ilmu,
kadang terlalai memperhatikanmu,
kadang tak mampu jawab tanyamu.
kami terlahir di masa lalu,
saat zamannya belumlah maju,
terhadap teknologi masihlah gagu,
ilmu terbaru juga tak tentu.
Itulah kadang guru terbatas,
jangan mengejek itu tak pantas,
berharap daku pada yang atas,
agar diberi hati yang ikhlas.
V
Hatiku sedih kala kau gagal,
bagai ditindih tembok yang tebal,
tak mungkin karena engkau yang bebal,
ataupun karena buku yang tebal.
Kalaulah memang kami yang salah,
memohon kami kepada Allah,
diberi ampun tiada dicela,
atas mengajar diberi pahala.
Wahai anakku siswa tercinta,
kuhanya mampu menguntai kata,
pada Ilahi daku meminta,
moga dirimu capai cita-cita.
VI
Anak-anakku harapan kami,
dirimu bagai bunga bersemi,
harapan ayah harapan umi,
gantikan amanah kami di bumi.
Dalam belajar jangan menyerah,
kalau tak dapat janganlah jera,
tancapkan tekad semangat membara,
panas memancar bagaikan bara.
Kalaulah engkau belajar keras,
tenagamu pasti banyak terkuras,
banyaklah makan yang dari beras,
ikan dimakan juga ayam buras.
VII
Tahukah engkau wahai anakku,
berkahnya ilmu ridho sang guru,
mintalah doa tulus dan haru,
agar mustajab doa diseru.
Dimasa lalu guru mulia,
berkilau bagaikan mutiara,
wibawa dan anggun kalau bicara,
terhormat dan didepan dalam acara.
Kalaupun zaman sudah berubah,
tetaplah guru masih didamba,
ajarkan ilmu membentuk jiwa,
berbagi amanah dengan orangtua.
VIII
Dalam belajar carilah berkah,
yang dapat karena gurunya suka,
tak pernah murid menoreh luka,
ataupun membuat guru berduka.
Syairku ini bukan mainan,
tapi kumpulan berbagai pesan,
dari sang khalik ataupun insan,
yang dapat dengan berbagai jalan.
Sungguh agama telah berkabar,
menjadi guru haruslah sabar,
kasih dan sayang dibuka lebar,
dilatih keras membuka nalar.
IX
Sebagai murid haruslah rajin,
belajar keras haruslah yakin,
ulang hafalan haruslah rutin,
jalan dilewat semakin licin.
Waktu berlalu bagaikan pedang,
kakakmu sudah banyak terpandang,
sukses didepan tinggal diundang,
asalkan jangan banyak berdendang.
Belajar keras itu biasa,
semula tidak kemudian bisa,
janganlah pernah berputus asa,
membuat masa depan binasa.
X
Syairku ini cukup dahulu,
jasadku letih tulangku ngilu,
pertnada muda telah berlalu,
hari telah petang menjelang dalu.
Pada Ilahi daku meminta,
bimbinglah muridku mencapai cita,
kasihi mereka sepenuh cinta,
jauhkan mereka dari derita.
Diakhir syair kututup salam,
karena hari semakin malam,
cekungan rabunku semakin dalam,
Ampuni hamba-Mu hai Penguasa alam.
Indralaya, 23 November 2014
Al Faqiir
Hamdi Akhsan